Perseteruan antara pihak presiden petahana Barack Obama dari Partai Demokrat dengan Mitt Romney, yang hampir pasti akan menjadi calon presiden (capres) definitif Partai Republik, memanas menjelang peringatan satu tahun operasi militer yang menewaskan Osama, Selasa (1/5) waktu AS.
Situasi mulai memanas pekan lalu setelah tim kampanye Obama merilis iklan televisi. Iklan itu berisi pujian dari mantan Presiden Bill Clinton terhadap keputusan Obama untuk mengotorisasi serbuan ke rumah persembunyian Osama di Abbottabad, Pakistan, tahun lalu.
Iklan itu juga mengutip pernyataan Romney pada 2007 yang terkesan bersikap ambivalen terhadap misi perburuan Osama. Di dalamnya, termuat teks yang berbunyi ”Jalan mana yang akan dipilih Mitt Romney?”.
Melalui iklan itu, kubu Obama secara implisit mempertanyakan kapasitas dan kemampuan memimpin Romney apabila ia menjadi panglima tertinggi angkatan bersenjata AS.
Situasi makin panas setelah penasihat kampanye Obama, Robert Gibbs, mengaku tak yakin Romney akan mengambil keputusan yang sama seperti Obama.
”Beberapa tahun lalu, Presiden Obama—yang waktu itu masih calon presiden—mengatakan jika ia memiliki informasi intelijen yang bisa ditindaklanjuti terkait sasaran bernilai tinggi di Pakistan, ia akan masuk. Mitt Romney (waktu itu) mengatakan itu tindakan bodoh,” kata Gibbs dalam acara Meet The Press di stasiun televisi NBC, Minggu (29/4).
Pihak Romney langsung membantah tuduhan ini. Kepada para wartawan di Portsmouth, New Hampshire, Senin (30/4), Romney menegaskan ia akan mengambil keputusan yang sama.
”Tentu saja. Bahkan Jimmy Carter pun akan memberi perintah yang sama,” tukas Romney sambil mengutip nama Carter, Presiden AS dari Partai Demokrat yang dianggap lemah dalam kebijakan luar negeri pada era akhir 1970-an.