Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

K-Pop Picu Operasi Plastik di Korea

Kompas.com - 26/04/2012, 11:36 WIB

KOMPAS.com — Kulit wajah perempuan Korea yang putih dan halus memang membuat sirik para perempuan di kawasan Asia lainnya. Bahkan, negara-negara Asia termasuk Indonesia pun ikut memproduksi produk perawatan kulit ala Korea, seperti BB Cream, untuk menghasilkan kulit wajah yang halus berkilau.

Namun, orang Korea sendiri rupanya belum puas dengan penampilan fisiknya. International Society of Aesthetic Plastic Surgery (ISAPS) belum lama ini mengemukakan bahwa Korea Selatan merupakan pasar terbesar di dunia untuk prosedur kosmetik melalui pembedahan. Pada tahun 2010, di Asia telah dilakukan lebih dari 5,8 juta prosedur pembesaran anggota badan, bandingkan dengan di Amerika yang "hanya" dilakukan 4,5 juta prosedur.

Sebanyak 20 persen perempuan usia 19-49 tahun di Seoul, Korea Selatan, mengakui telah menjalani prosedur bedah plastik. Salah satu prosedur operasi yang paling populer adalah double eyelid surgery, yang mengurangi kelebihan kulit di kelopak mata bagian atas untuk membuat mata terlihat lebih lebar. Selain itu, juga lipoplasty, yang menggunakan gelombang suara frekuensi tinggi untuk mengenyahkan lemak dan mengubah bentuk hidung. Untuk prosedur tanpa pembedahan, botoks dan penghilangan bulu atau rambut melalui laser masih jadi favorit.

Booming operasi plastik ini kabarnya didorong oleh naiknya industri musik pop di Korea Selatan sehingga banyak pasien mengunjungi klinik bedah plastik sambil membawa foto-foto selebriti untuk meniru sudut hidung atau mata mereka. Salah satu klinik terbesar di Korea Selatan, JK Plastic Surgery Center, belum lama ini membuka sebuah hotel agar dapat menampung pelanggan. Dalam sekali kunjungan, pelanggan rata-rata menghabiskan biaya 17.675 dollar AS. Mereka tak hanya datang dari Korea, tetapi juga dari China, Jepang, Timur Tengah, bahkan Afrika. Tak heran, wisata medis disebut-sebut akan membantu mendongkrak ekonomi Korea Selatan.

Joo Kwoon, pendiri JK Plastic Surgery Center, memperingatkan agar kaum muda lebih berhati-hati saat menjalani prosedur semacam ini. "Saya kira Korea Selatan memiliki definisi kecantikan yang sangat sempit karena, secara etnis, kami merupakan masyarakat yang homogen dan setiap orang terlihat mirip satu sama lain. Hal ini juga ada kaitannya dengan keyakinan diri yang rendah," paparnya kepada AFP.

Kementerian Pendidikan Korea Selatan juga mengeluarkan buklet berisi peringatan terhadap siswa SMA mengenai sindrom operasi plastik. Mereka merujuk pada nasib Michael Jackson dan seorang perempuan lokal yang mengalami kecanduan operasi plastik sehingga wajahnya terlihat membengkak. Namun, peringatan itu rupanya tak membuat masyarakat Korea takut.

"Menurut saya, orang Korea melihat prosedur kosmetik sebagai 'pembesaran'. Tetapi, saya melihat hal itu sebagai upaya membuat diri lebih baik, dan selebriti senang membicarakannya," tutur Seonghee Yang (25), seorang pekerja Korea yang kini tinggal di London.

Memang mengerikan jika prosedur yang dilakukan menimbulkan efek samping yang ekstrem. Namun, jika operasi itu bisa membantu meningkatkan kepercayaan diri seseorang, menurut Yang, prosedur semacam ini tak ada salahnya dicoba.

Sementara itu, survei dari ISAPS juga mengungkapkan bahwa di Brasil operasi pembesaran bokong tujuh kali lebih sering dilakukan ketimbang negara lain, dan peremajaan vagina lima kali lebih sering. Di Yunani, pembesaran penis dilakukan 10 kali lebih sering daripada rata-rata negara lain, yaitu sebanyak 592 kali operasi selama tahun 2010.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com