LONDON, KOMPAS.com - Raja media dunia, Rupert Murdoch, mengatakan kepada komite penyelidikan media bahwa dia tidak pernah meminta apapun kepada Perdana Menteri Inggris.
Dalam kesaksian di Penyelidikan Leveson, Rabu (25/4/2012), dia juga menegaskan ingin mengakhiri yang disebutnya sebagai mitos bahwa dia menggunakan kekuatan atau pengaruh dari surat kabar miliknya, The Sun, untuk mendapat perlakuan yang menguntungkan.
"Itu sepenuhnya merupakan mitos, bahwa saya menggunakan pengaruh The Sun atau pengaruh politiknya untuk mendapatkan perlakuan yang menguntungkan," tuturnya.
Pimpinan puncak kerajaan media News Corp ini membantah dia menggunakan hubungannya dengan Perdana Menteri Inggris, David Cameron maupun perdana menteri sebelumnya -baik itu Margaret Thatcher, John Major, Tony Blair dan Gordon Brown- untuk mengembangkan kerajaan media miliknya yang tersebar di berbagai negara, antara lain Australia, Inggris, Amerika Serikat, dan Hong Kong.
"Saya kira Anda membuat kesimpulan yang sinis," jawabnya kepada penyelidik Robert Jay, ketika menanyakan hal tersebut.
Murdoch mengaku dia memang bertemu dengan Perdana Menteri Cameron beberapa kali, termasuk di salah satu kapal pesiarnya namun membantah membahas masalah BSkyB.
News Corp -yang sudah memiliki saham di BSkyB- ingin membeli seluruh saham stasiun TV tersebut dan kasus ini menjadi kontroversi karena dikhawatirkan menghambat keragaman media.
Penyadapan telepon
Rencana pembelian saham itu batal setelah terungkap bahwa salah satu koran miliknya, News of The World, menyadap telepon sejumlah orang untuk menulis beritanya, yang melanggar undang-undang di Inggris.
News of The World kemudian ditutup dan meluasnya penyadapan yang dilakukan koran itu -termasuk menyadap telepon seorang remaja putri yang menjadi korban pembunuhan- menimbulkan kemarahan di kalangan warga Inggris.