Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Naga Perkasa Menaklukkan Ular Lokal

Kompas.com - 14/04/2012, 04:33 WIB

Oleh Rene L Pattiradjawane

Proyeksi kekuatan militer China tidak lama lagi akan digelar di Laut China Selatan. Ini ketika penguasa Beijing berada dalam situasi qian long bu an di tou she , seekor naga perkasa tidak bisa menaklukkan ular lokal.

Ini bisa menggambarkan situasi Angkatan Laut China dan Filipina berhadapan pekan ini di Kepulauan Spratly. Bagian wilayah ini disebut oleh Manila dan Washington sebagai Laut Filipina Barat. Delapan kapal China berlabuh dekat Beting Scarborough yang disebut sebagai Panatag oleh Manila dan Huangyan oleh Beijing.

Pulau karang berjarak 124 mil laut dari Pulau Luzon ini diklaim China dan Filipina. Ini menjadi bagian sengketa tumpang antara China, Filipina, Vietnam, Malaysia, Brunei, dan Taiwan.

China mengklaim seluruh Laut China Selatan sebagai kedaulatannya melalui sembilan garis putus-putus. Sampai sekarang tidak pernah ada penjelasan asal-usul garis itu. Kalau kesembilan garis putus-putus ini tersambung, klaim China (dan juga Taiwan) atas Laut China Selatan bisa diinterpretasikan telah melanggar batas landas kontinen dan Zona Ekonomi Eksklusif yang diatur dalam Konvensi Hukum Laut 1982. Ini juga melanggar demarkasi yang diatur dalam Perjanjian Indonesia-Malaysia 1969.

Setelah China menaikkan anggaran militer mencapai 110 miliar dollar AS, perilakunya semakin agresif dan tidak memiliki logika dalam mengklaim kedaulatan. Di China sendiri kesembilan garis huruf U ini mewakili kepentingan kedaulatan, hak sejarah, yurisdiksi, dan kepentingan keamanan. Semua ini mencerminkan kebangkitan China dalam diplomatik, politik, dan militer.

Ancaman

Cermin kebangkitan China yang asertif dan agresif dipengaruhi beberapa faktor. Bagian terpenting adalah kesadaran atas kekuatan yang dimiliki.

Insiden di Laut Filipina Barat pekan ini menjadi etalase guna menunjukkan kebangkitan China secara global. Insiden ini juga sekaligus menguji posisi AS di kawasan Asia Timur.

Ada arogansi yang muncul dari China, yang tergambar dari pernyataan Mayjen Luo Yuan, seorang berpangkat mayjen dan menjabat sebagai Wakil Sekjen Dewan Iptek Militer China. Dia menganggap Filipina memerlukan China yang menjadi mitra dagang ketiga terbesar setelah AS dan Jepang. Jenderal Luo mengancam dalam tulisannya di tabloid Huanqiu Shibao (Global Times) untuk mempertimbangkan kerja sama ekonomi China-Filipina yang akan mencapai investasi 50 miliar dollar AS pada tahun 2016.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com