Perolehan suara terbanyak kedua diperoleh mantan kepala angkatan bersenjata yang juga mantan pemimpin perang gerilya, Jose Maria de Vasconcelos. Pria yang lebih dikenal dengan nama Taur Matan Ruak ini mengumpulkan 24,17 persen suara.
Nasib tak terlalu beruntung dialami pejabat petahana, Presiden Ramos Horta. Untuk sementara, Horta berada di urutan ketiga dengan total dukungan suara 19,43 persen.
Dalam pemilihan presiden pertama Timor Leste tahun 2007, pemenang Hadiah Nobel Perdamaian tahun 1996 itu mengungguli Guterres pada putaran kedua.
Komisi Pemilihan Umum Timor Leste mengabarkan, hasil sementara itu diperoleh setelah menghitung 411.353 surat suara. Jumlah itu mencapai 65 persen dari total jumlah surat suara.
Proses penghitungan suara itu ditayangkan langsung lewat jaringan stasiun radio dan televisi pemerintah (RTTL). Diperkirakan, proses penghitungan suara di tingkat provinsi akan rampung dan bisa diumumkan Senin ini.
Sesuai aturan, dua kandidat yang memperoleh perolehan suara terbanyak akan maju ke putaran kedua. Putaran kedua itu rencananya digelar pada pertengahan April mendatang.
Pemilu bisa berlangsung satu putaran jika ada kandidat yang mengantongi lebih dari 50 persen total suara. Namun, menurut Ermenegildo Lopes, pemimpin Bloku Ploklamador, hal itu sulit terjadi mengingat ada 12 kandidat yang mengikuti pemilihan presiden Sabtu lalu.
Bloku Proklamador adalah aliansi politik proreformasi di Timor Leste. Dalam pemilu legislatif terakhir, mereka merebut lima kursi dari total 65 kursi di parlemen negeri itu.
”Sulit bagi kandidat mana pun untuk bisa berhasil menang hanya dalam satu putaran saja. Dengan 12 kandidat, sulit bagi setiap kandidat untuk bisa meraup lebih dari separuh suara yang ada,” ujar Lopes.