Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Logam Tanah Jarang Bisa Ditemukan di Mana-mana

Kompas.com - 16/03/2012, 12:11 WIB
Dahono Fitrianto

Penulis

Oleh Dahono Fitrianto

KOMPAS.com — Tidak seperti namanya, logam tanah jarang sebenarnya tidak jarang-jarang amat. LTJ bisa ditemukan di seluruh muka bumi. Beberapa jenis di antaranya memiliki kelimpahan yang sama dengan nikel, tembaga, seng, atau timbal.

Bahkan, dua logam tanah jarang (LTJ) paling langka, yakni thulium dan lutetium, 200 kali lebih mudah ditemukan dibandingkan emas. ”Setiap batuan sebenarnya mengandung elemen ini, tetapi konsentrasinya sangat kecil, takarannya ppb (part per billion atau satu di antara semiliar bagian sebuah benda),” tutur Kepala Badan Geologi R Sukhyar kepada Kompas dalam sebuah wawancara, di Jakarta, Senin (4/10/2010).

Hanya saja, unsur-unsur tersebut tidak berada dalam kondisi bebas di alam. Sukhyar mengatakan, LTJ ditemukan dalam bentuk senyawa atau campuran mineral. Beberapa mineral yang mengandung LTJ, antara lain, apatite, allanit, zircon, xenotime, monazite, dan bastnaesite. Sebagian besar tambang LTJ di dunia menggunakan mineral bastnaesite sebagai bahan bakunya.

Menurut Sukhyar, konsentrasi LTJ yang tinggi biasanya terkandung dalam batuan beku asam (memiliki kandungan silika atau SiO2 di atas 65 persen), seperti batuan granit. Konsentrasi batuan granit ini biasanya ada di kawasan inti benua atau bagian benua yang berumur paling tua.

”Di mana ada pertambangan yang mengambil mineral dari batuan induk granit, pasti ada logam tanah jarang yang ikut terambil,” tutur Sukhyar.

Itu sebabnya tambang-tambang LTJ di dunia terdapat di negara-negara di benua besar, seperti Australia, Brasil, Afrika Selatan, India, Kanada, Amerika Serikat, dan China. Di kawasan Nusantara, cadangan batuan granit potensial mengandung LTJ ini ada di pulau-pulau terbesar, yakni Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, dan Papua.

Sukhyar mengatakan, karena sifatnya yang hampir sama satu sama lain dan melekat pada mineral yang mengandung unsur radioaktif, pemisahan masing-masing unsur LTJ memang membutuhkan proses yang rumit.

Menurut majalah The Economist, proses pemisahan LTJ membutuhkan sejumlah besar air,  asam, dan tenaga listrik yang tinggi untuk melakukan proses-proses, seperti pertukaran ion, kristalisasi fraksional, dan ekstraksi cairan-cairan. ”Di Indonesia proses pemisahan itu sudah bisa dilakukan di skala laboratorium,” ungkap Sukhyar.

China berhasil menguasai pasar LTJ dunia karena bisa menerapkan harga LTJ terendah yang membuat industri LTJ di negara-negara lain, seperti AS, tak mampu bersaing. Selain karena memiliki cadangan melimpah, regulasi lingkungan di China tak seketat di negara-negara maju tersebut sehingga seluruh biaya produksi proses pemisahan LTJ dapat ditekan serendah mungkin.

Halaman Berikutnya
Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com