Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Persedian Air Dunia Mencemaskan

Kompas.com - 12/03/2012, 09:43 WIB

PARIS, KOMPAS.com — Pasokan air di dunia mencemaskan akibat perubahan iklim dan kebutuhan yang meningkat akan pangan, energi, serta kebersihan dan kesehatan bagi penduduk yang terus bertambah, kata sebuah studi PBB. Studi tersebut menyerukan pemikiran kembali secara radikal semua kebijakan untuk menangani berbagai permintaan.

"Air segar tak dimanfaatkan secara berkelanjutan," kata Direktur Jenderal UNESCO Irina Bokova di dalam satu pernyataan. "Keterangan akurat tetap berbeda dan penanganannya masih terpecah-pecah ... masa depan kita tak pasti dan risikonya diperkirakan akan bertambah parah," kata Bokova.

Studi itu mengatakan bahwa tuntutan dari sektor pertanian, yang sudah menyedot sebanyak 70 persen air segar yang digunakan secara global, tampaknya akan naik sebanyak 19 persen hingga tahun 2050 saat penduduk dunia membengkak sebanyak dua miliar hingga sembilan miliar jiwa.

Para petani nantinya perlu menanam 70 persen lagi pangan sampai saat itu, sementara standar hidup yang meningkat berarti setiap individu akan memiliki tuntutan daging dan makanan yang lebih banyak.

Laporan itu akan dibahas di Forum Air Dunia yang dimulai di kota Marseille, Perancis, Senin (12/3/2012).

"Revolusi diam-diam" telah berlangsung di bawah tanah, demikian peringatan laporan tersebut, saat jumlah air yang disedot dari dalam tanah naik jadi tiga kali lipat dalam 50 tahun belakangan sehingga hilanglah penopang saat musim kemarau. Dan, saat permintaan meningkat, pasokan air di banyak wilayah justru tampaknya menyusut akibat perubahan pola curah hujan, kemarau yang lebih parah, pencairan gletser, dan perubahan aliran sungai, tulis laporan itu.

"Perubahan iklim akan secara drastis mempengaruhi produksi pangan di Asia Selatan dan Afrika Selatan antara sekarang dan 2030," kata laporan tersebut. "Sampai 2070, tekanan terhadap air juga akan terasa di Eropa selatan dan tengah."

60 persen populasi

Asia merupakan tempat tinggal bagi 60 persen warga dunia, tetapi hanya memiliki sepertiga sumber air dunia, kata laporan itu.

Sebuah studi terpisah mengenai air oleh Organisasi Pembangunan dan Kerja Sama Ekonomi (OECD) yang dikeluarkan pekan lalu meramalkan permintaan terhadap air akan naik sebanyak 55 persen hingga 2050. Sementara itu, lebih dari 40 persen penduduk dunia tampaknya akan hidup di daerah cekungan air yang justru menghadapi tekanan akibat kebutuhan atas air.

Laporan tersebut mengatakan, dengan persediaan air yang terbatas, para pembuat kebijakan nantinya harus memperbaiki cara penanganan bermacam tuntutan dari petani, produsen energi, dan manusia. Mereka semua memerlukan kebersihan, kesehatan, dan air.

"Kurangnya interaksi antara beragam masyarakat pengguna, pembuat keputusan, dan pengelola air yang terpisah telah mengakibatkan penurunan serius sumber daya air," kata laporan itu.

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) pada pekan lalu mengatakan, sasaran PBB untuk menaikkan jumlah orang yang memiliki akses ke air minum yang aman sampai 2015 sesungguhnya telah dicapai pada akhir 2010. Namun, jumlah tersebut ditantang oleh yayasan amal Perancis, Solidarites International, yang menyatakan 1,9 miliar orang tetap tak memiliki akses ke air minum yang aman dan bukan 783 juta seperti yang diperkirakan PBB.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com