René L Pattiradjawane
Pertanyaannya, apakah China mampu dan mau menyelamatkan kapitalisme yang porak-poranda sejak krisis keuangan global tahun 2007. Resesi global tidak menunjukkan tanda-tanda pemulihan.
Kalau krisis globalisasi sekarang ini tidak mencapai jalan keluar pada tahun 2012 ini, persoalan lebih besar akan menghadang. Ini tidak hanya meluluhlantakkan ekonomi dan keuangan dunia, tetapi juga sistem kepercayaan sosial-politik yang menopang kapitalisme global ikut terseret ke dalam krisis.
Para analis di China melihat persoalan globalisasi sekarang tidak hanya urusan ekonomi dan keuangan, tetapi juga krisis politik dan institusi ketika berbagai pemerintahan di Eropa tidak bisa menyelesaikan krisis.
Tahun 2012 bagi China menjadi krusial sebagai tahun pergantian elite kepemimpinan lewat Kongres ke-18 Partai Komunis China (PKC). Presiden RRC Hu Jintao yang juga menjabat sebagai Sekjen PKC dan PM Wen Jiabao akan digantikan oleh Wakil Presiden Xi Jinping dan Wakil PM Utama Li Keqiang sebagai generasi kelima penerus takhta komunisme.
Para pengamat di Eropa dan AS berharap pemimpin baru China bisa menghadirkan keterbukaan terhadap gagasan-gagasan dan nasihat untuk mengeksekusi prioritas negara dengan penduduk 1,3 miliar orang ini.
Persoalan yang dihadapi Xi Jinxing yang menikah dengan seorang Mayor Jenderal Tentara Pembebasan Rakyat (TPR) Peng Liyuan, penyanyi soprano terkenal pelantun lagu-lagu rakyat China, dipastikan lebih besar dan rumit dari pendulu.
Yang menarik dari pergantian generasi kepemimpinan di China ini setidaknya ada dua hal. Pertama, Xi Jinping dan Li Keqiang mewakili status generasi kepemimpinan yang berbeda dengan sejarah elite politik China. Xi Jinping masuk kategori ”pangeran politik” (taizi).
Ayah Xi adalah mantan Wakil PM Xi Zhongxun, seorang komunis revolusioner dan juga pelaksana pertama zona ekonomi khusus Shenzhen. Ayah Xi pernah dipenjara 16 tahun oleh Mao Zedong pada masa Revolusi Kebudayaan.