Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Dibunuh karena Melahirkan Anak Perempuan Lagi

Kompas.com - 31/01/2012, 14:35 WIB

KABUL, KOMPAS.com — Seorang perempuan muda Afganistan melahirkan bayi perempuan yang ketiga tiga bulan lalu. Namun, kata pihak berwenang, suaminya menuntut seorang anak laki-laki.

Minggu lalu, pria itu dan ibunya, yang tinggal di Provinsi Kunduz di Afganistan utara, melilitkan tali di leher perempuan tersebut lalu mencekiknya hingga tewas, kata polisi.

Jenazah perempuan itu, yang hanya dikenal sebagai Storai (22) ditemukan polisi beberapa jam kemudian di kamarnya. Storai dikuburkan sehari kemudian, yaitu pada tanggal 26 Januari. Demikian laporan harian The New York Times, Senin (30/1/2012).

Kematian Storai merupakan sebuah reminder mengerikan tentang status kaum perempuan di Afganistan. Hal yang juga mengganggu adalah kenyataan bahwa sang suami, yang diidentifikasi sebagai Sher Mohammad (30), dicurigai sebagai anggota milisi lokal. Milisi, kata para pejabat polisi dan pemerintah, telah menjamur di kawasan itu. Mereka telah terlibat pelanggaran hukum dan kekerasan, termasuk dalam rumah tangga.

The New York Times yang mengutip keterangan polisi melaporkan, Storai menikah empat tahun lalu, saat dia masih berumur 18 tahun. Sebelum melahirkan anak ketiga itu, ia sudah punya dua anak perempuan lain, yang masing-masing berumur 3 tahun dan 2 tahun.

Pada bulan-bulan setelah kelahiran putri ketiganya, suami dan ibu mertuanya mengomeli dia. Mereka bertengkar karena Storai kembali memiliki anak perempuan, kata Nadera Geya, kepala Direktorat Urusan Perempuan di Kunduz.

Setelah kematian Storai di Mafali, sebuah desa di Distrik Khanabad di tenggara Kunduz, sang ibu mertua menempatkan sebuah tali di jendela kamar menantunya itu demi memberi kesan bahwa menantunya meninggal karena bunuh diri, kata Geya. Namun, ada tanda-tanda penyiksaan yang memunculkan kecurigaan bahwa Storai dibunuh, kata Geya lagi. "Ibu mertuanya mencekik dia dengan tali, lalu mengatakan menantunya bunuh diri. Jelas itu tidak benar," kata Geya. "Mereka membunuh dia karena mereka tidak ingin dia melahirkan anak perempuan lagi."

Sayed Hussaini Sarwar, juru bicara kepala polisi Kunduz, mengatakan, ibu mertua itu, yang bernama Wali Hazrata, telah ditangkap, tetapi Muhammad, sang suami, melarikan diri. Hazrata kini ada dalam tahanan polisi di kota Kunduz. Menurut Sarwar, perempuan itu membantah bahwa ia dan anaknya telah membunuh Storai atau bahwa putranya anggota salah satu milisi yang dikenal sebagai arbakai.

Kunduz akrab dengan kekerasan dalam rumah tangga. Desember lalu, empat pria bersenjata, juga diyakini anggota milisi arbakai, menyerbu sebuah rumah, kemudian menyiramkan air keras kepada tiga gadis usia sekolah dan ibu mereka. Aksi brutal itu diduga merupakan upaya balas dendam karena lamaran nikah dari salah seorang penyerang terhadap salah seorang dari ketiga gadis itu ditolak oleh ayah para gadis tersebut.

Manizha Naderi, direktur eksekutif Women for Afghan Women, yang mengelola tempat penampungan bagi perempuan korban kekerasan, mengatakan, walau ia telah melihat kasus-kasus perempuan yang diintimidasi oleh suami mereka melalui kehamilan, dan kadang-kadang suami bahkan mengambil istri kedua atau ketiga jika istri pertama terus melahirkan anak perempuan, pembunuhan merupakan sesuatu yang tidak biasa. "Gadis-gadis dipandang rendah di Afganistan," kata Naderi seperti dikutip The New York Times. "Saya telah mendengar banyak kasus di mana istri diancam dengan kekerasan dan dipukuli, tapi saya belum pernah mendengar seorang perempuan dibunuh karena melahirkan seorang bayi perempuan."

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com