Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

ABK Indonesia Digaji Lebih Rendah di Costa Concordia

Kompas.com - 20/01/2012, 09:05 WIB

HILVERSUM, KOMPAS.com — "Saya trauma, ini pelayaran saya terakhir," demikian Teguh Haryono, salah satu dari 170 anak buah kapal asal Indonesia yang selamat dari kapal karam Costa Concordia di lepas pantai Italia, seperti dilaporkan Radio Nederland, Jumat (20/1/2012).

Keputusan itu dilontarkan Teguh kepada Radio Nederland, padahal ia sudah bekerja di perusahaan Costa selama sembilan tahun. Menurut Teguh, pelayaran tersebut sedianya akan berlangsung selama delapan bulan. Namun apa dikata ketika sudah di laut selama dua bulan kapal Costa Concordia karam.

Ketika kejadian itu berlangsung, Kamis (12/1/2012) pekan lalu, Teguh yang bekerja sebagai pelayan restoran di kapal itu sedang mengambil pesanan hidangan pasta penne pomodoro di dapur. Namun tiba-tiba kapal miring dan semua orang panik. Barang-barang di dapur berjatuhan. "Ketika saya kembali ke restoran, semua tamu berteriak-teriak. Saya malah mengatakan kepada tamu jangan panik."

Untungnya Teguh selamat, dan bersama ABK asal Indonesia lainnya, ia menerima bantuan dari KBRI di Roma dan masyarakat Indonesia yang tinggal di Italia. "Untung saya selamat, bisa berkumpul lagi, tapi ini jadi trauma buat saya."

Menurut Teguh, kapal Costa Concordia yang mengangkut sekitar 3.000  orang tersebut memiliki keamanan yang baik. Contohnya saja, kata Teguh, di kamar larangan merokok diawasi dengan ketat.

Digaji lebih rendah
Kendati menerima perlakuan manusiawi dari perusahaan Costa tempatnya bekerja, Teguh menerima gaji yang lebih rendah. "Awalnya bulan Februari tahun 2010. Ketika itu menurut pengakuan direksi Costa, sedang ada krisis. Makanya sejak itu, saya dibayar dollar. Tadinya dibayar dengan mata uang euro. Jadi saya menerima untuk satu euro dikurskan sama dengan satu dollar. Padahal, kan, euro lebih tinggi dibandingkan dengan  dollar. Semuanya dibayar kepada kami dalam dollar, termasuk uang tip dari tamu. Padahal tamu memberikannya dalam mata uang euro."

Menurut Teguh, perusahaan Costa berjanji kalau kondisi ekonomi Eropa membaik maka gaji mereka akan dikembalikan dalam bentuk euro. Namun sampai kapan, masih menjadi tanda tanya. Karena kapalnya mengalami kecelakaan, dan ia sudah dibayar selama dua bulan maka sisa gajinya selama enam bulan akan ditransfer ke rekeningnya.

Kesalahan kapten
Lain lagi pengalaman Aryanto Sunarso atau akrab dipanggil Ary. Ia sudah bekerja di perusahaan Costa selama 13 tahun. Kejadian naas yang menimpa kapalnya, Costa Concordia, tak akan membuatnya kapok untuk berlayar. Ia benar-benar pelaut sejati.

Saat kejadian berlangsung, tutur Ari, ia sedang melayani tamu. Tugasnya di kapal itu adalah sebagai buffet supervisor di restoran. Kebetulan sebelum kejadian ia sempat berfoto dengan sang kapten dan beberapa rekan-rekannya. "Terus terang itu kesalahan kapten hingga kapal bernasib naas. Kapal keluar dari navigasi yang seharusnya."

Ary bersama istrinya, Jenny Rahayu, yang juga bekerja di kapal tersebut sebagai pelayan restoran, berhasil selamat dengan menggunakan sekoci. Sementara, menurut dia, ada satu ABK asal Indonesia yang meloncat ke laut karena sekocinya tertimpa badan kapal. Akibatnya ia dirawat di rumah sakit.

ABK Indonesia ramah

ABK Indonesia di kapal Costa Concordia merupakan salah satu yang terbanyak. Hanya ABK asal Filipina dan India yang jumlahnya masing-masing mencapai 300  orang. Namun menurut pengakuan perusahaan Costa, tambah Ary, ABK asal Indonesia termasuk yang paling ramah di antara ABK dari negara-negara lainnya.

"Makanya perusahaan itu senang memakai orang Indonesia. Sementara, menurut pengakuan bagian HR (personalia), ABK dari negara lain susah diatur dan arogan," tambahnya.

Seluruh 170 ABK asal Indonesia yang selamat itu diterbangkan ke Indonesia dan dibagi menurut beberapa kelompok. Selain pihak KBRI Roma, maka petugas KBRI Belgia dan Belanda juga turut membantu mereka. Selain ada pula beberapa sumbangan dari masyarakat Indonesia yang tinggal di Italia.

Seperti misalnya Gusmang Oka Mayura yang bersama masyarakat Indonesia lainnya membeli barang-barang keperluan sehari-hari ketika para ABK itu ditampung di hotel di Roma. Barang itu berupa antara lain pakaian dalam, charger untuk telepon genggam, serta alat cukur. Kendati ada berita-berita negatif soal terlambatnya pihak KBRI memberi bantuan, namun baik Teguh maupun Ary menyatakan salut dengan kesigapan pihak KBRI.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com