KOMPAS.com - Persis pada 14 Januari 2011, rakyat Tunisia berhasil melengserkan Presiden Ben Ali dari kekuasaannya. Lantaran peristiwa itulah, sebagaimana warta AP dan AFP pada Sabtu (14/1/2012), perubahan politik di sejumlah negara Arab di kawasan Afrika Utara dan Timur Tengah mengemuka. Khalayak banyak menyebutnya sebagai Arab Spring. Kini, Tunisia merayakan peristiwa setahun silam itu.
Sekjen PBB Ban Ki-moon, dalam sebuah pesannya yang ditujukan kepada rakyat Tunisia, menyatakan, dunia diilhami oleh perubahan politik yang terjadi di Tunisia. Menurutnya, tuntutan demokrasi, kebebasan dan penghormatan martabat, yang diteriakkan warga Tunisia, memaksa Ben Ali melarikan diri ke Arab Saudi.
Peringatan ini akan dipimpin langsung oleh Presiden Tunisia Moncef Marzouki, Perdana Menteri Hamadi Jebali, serta Ketua Parlemen Mustapha Ben Jaafar. Rencananya, acara ini akan dihadiri oleh sejumlah pemimpin Afrika utara serta Timur Tengah.
Salah satu tamu yang dijadwalkan hadir adalah Presiden Aljazair Abdelaziz Bouteflika dan Kepala Dewan Nasional Transisi Libya Mustafa Abdel Jalil.
Sementara itu, bertepatan dengan peristiwa ini, pemerintah Tunisia akan memberikan pembebasan bersyarat kepada sekitar 5,000 orang tahanan. Pembebasan bersyarat ini akan diutamakan pada para tahanan perempuan, lanjut usia, orang asing, serta bukan napi kriminal.
Selain digelar di istana kepresidenan, peringatan setahun peristiwa bersejarah ini juga akan digelar para pegiat hak asasi manusia.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.