Juru bicara Angkatan Laut Iran, Laksamana Muda Mahmoud Mousavi, mengatakan, rudal yang ditembakkan adalah tipe terbaru rudal darat-ke-udara dengan teknologi antiradar. ”Rudal jarak menengah ini dilengkapi dengan teknologi terbaru untuk mengenai sasaran yang bisa mengelak dari deteksi radar dan mampu melawan sistem intelijen yang berusaha mengganggu sistem navigasi rudal,” papar Mousavi.
Selain menguji coba rudal baru, Iran juga akan melatih manuver khusus angkatan perangnya yang dirancang khusus untuk memblokade jalur pelayaran di Selat Hormuz. ”Mulai besok (Senin) pagi, sejumlah besar kekuatan angkatan laut kami—kapal permukaan, kapal selam, dan pesawat udara—akan menerapkan formasi taktis baru yang dirancang untuk membuat kapal jenis apa pun mustahil bisa melintasi Selat Hormuz sewaktu-waktu Angkatan Laut Republik Islam Iran menghendakinya,” kata Mousavi.
Pada hari yang sama, Iran juga mengumumkan telah berhasil membuat sendiri batang bahan bakar nuklir yang menjadi sumber energi reaktor nuklir. Batang bahan bakar yang mengandung uranium alam itu sudah diuji coba di dalam salah satu inti reaktor riset di Teheran.
Beberapa jam sebelum itu, di sela-sela liburannya di Hawaii, AS, Presiden Barack Obama menandatangani rancangan undang-undang pertahanan baru. Selain mengatur anggaran dan berbagai program Departemen Pertahanan AS untuk tahun fiskal 2012, RUU itu juga memasukkan serangkaian sanksi baru terhadap sektor finansial Iran.
Dalam sanksi terbaru ini, setiap lembaga keuangan seluruh negara di dunia, baik milik swasta maupun pemerintah—termasuk bank sentral, dipaksa harus memilih, melakukan transaksi dengan Iran atau AS. Jika bank-bank tersebut masih melakukan transaksi dengan bank sentral Iran, mereka dilarang berhubungan dengan institusi keuangan AS.
Larangan ini berlaku untuk setiap transaksi keuangan yang berkaitan dengan jual beli minyak atau produk minyak. Sanksi tersebut bertujuan mencekik sumber pemasukan utama Iran dari komoditas minyak bumi yang selama ini dicurigai sebagai sumber dana bagi program nuklir Iran.
Meski demikian, beberapa pejabat pemerintahan Obama sendiri khawatir bahwa sanksi terbaru, yang disetujui mayoritas anggota Kongres, ini, bisa mengganggu hubungan AS dengan para sekutunya atau dengan negara-negara berpengaruh, seperti Rusia dan China, yang selama ini membeli minyak dari Iran.