Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ketika Harimau Sumatera Kian Terdesak

Kompas.com - 14/12/2011, 02:52 WIB

”Akan melakukan berbagai cara untuk menjaga populasi harimau”. Demikian komitmen pemimpin di 12 negara dalam Deklarasi St Petersburg, Rusia, tahun lalu. Pemerintah Indonesia ikut mengucapkan janji tersebut. Faktanya, populasi harimau sumatera terus menyusut.

Pada pertemuan Global Tiger Summit itu, Indonesia ikut menyatakan keprihatinan akan menyusutnya populasi harimau di Asia, dari 100.000 ekor menjadi 3.500 saja. Penyusutannya terancam berlanjut, seiring parahnya kerusakan habitat satwa liar ini oleh pembalakan, perambahan, serta perburuan liar. Tiga subspesies harimau telah punah, dan enam lainnya terancam.

Atas dasar itu, Indonesia berkomitmen meningkatkan populasi harimau dengan cara melindungi dan memperluas habitat harimau, serta sejumlah upaya konservasi. Pada intinya akan menyelamatkan dan menjaga keberlanjutan hidup satwa ini.

Kenyataannya, perburuan harimau sumatera atau Panthera tigris sumatrae sebagai satu-satunya subspesies harimau tersisa di negeri ini terus berlanjut.

Kepala Bagian Teknis Konservasi Balai Besar Taman Nasional Kerinci Seblat (TNKS) Agus Sitepu, menemukan sekitar 70 jerat harimau terpasang dalam kawasan TNKS, tahun lalu. Pemasangan jerat marak setiap tahun. Bahkan, perburuan liar dengan cara memasang jerat pernah sangat parah di tahun 2001 hingga 2002, dengan adanya temuan lebih dari 300 jerat. ”Temuan jerat memang telah berkurang, namun masih tetap banyak tersebar di TNKS,” tuturnya, Sabtu (12/11).

Agus bercerita, pihaknya mendapati seekor harimau sumatera akhirnya mati setelah terjerat hingga kakinya membusuk, di Desa Serpih, Kecamatan Muara Imat, Kabupaten Kerinci, Rabu (9/11). Desa ini merupakan penyangga TNKS.

Kaki kiri harimau tersebut nyaris putus. Menurut Agus, satwa ini diduga kuat terperangkap dalam jerat yang kerap dipasang pemburu. Sang harimau sudah sempat berhasil lepas diri dari jeratan, namun kakinya hampir putus, mengakibatkan kondisi tubuhnya kritis. Akhirnya tiga hari kemudian mati. ”Kami semula berencana mengamputasi kakinya, tapi batal, dan harimau akhirnya tewas,” tutur Agus.

Agus sebelumnya juga mendengar informasi dari masyarakat setempat mengenai adanya sejumlah ternak warga yang mati diterkam harimau. Atas dasar itu, pihaknya berupaya menggiring harimau masuk ke dalam hutan. Harimau rupanya kembali mendekat ke permukiman. Pihaknya kemudian memasang kandang perangkap berisi umpan anjing agar harimau masuk, sehingga dapat dimasukkan kembali ke dalam kawasan TNKS.

Staf Ahli Monitoring Koridor Harimau Sumatera, Fauna and Flora International, Yoan Dinata, mengatakan, perambahan dan pembangunan jalan dalam TNKS hanya akan menambah akses para pemburu liar ke dalam kawasan ini. Pihaknya menilai jika itu dibiarkan tetap berlanjut, kredibilitas Indonesia di mata dunia internasional akan menurun, mengingat TNKS merupakan kawasan prioritas dunia sebagai ”Tiger Conservation Landscape” sekaligus kawasan prioritas Kementerian Kehutanan untuk perlindungan harimau sumatera sebagaimana tercantum dalam dokumen National Tiger Recovery Program.

Pihaknya mendata populasi harimau sumatera dalam TNKS saat ini tinggal 175 ekor. Menurut Yoan, Indonesia harus benar-benar melaksanakan komitmen Deklarasi St Petersburg untuk menjaga habitat harimau sumatera dan berjuang meningkatkan populasinya hingga dua kali lipat.

Technical Adviser for Capacity Building and Policy Development Environmental Sciences Unit UNESCO Jakarta, Glaudy Perdanahardja, mengatakan, TNKS yang masuk dalam kawasan Tropical Rainforest Heritage Sumatera (TRHS) yang merupakan warisan alam dunia, telah berulang kali direkomendasikan UNESCO masuk dalam daftar in danger, namun status itu baru ditetapkan pada pertengahan 2011. Penyebabnya adalah perburuan satwa, pembalakan, dan perambahan liar, serta pembangunan jalan. (ITA)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com