Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Iran Subsidi Biaya Ganti Kelamin

Kompas.com - 09/12/2011, 13:26 WIB

Laki-laki atau perempuan. Lain dari itu tidak mungkin di Iran. Itu menjelaskan mengapa pemerintah menyubsidi operasi kelamin, kata dokter Bahram Mir-Jalali, tokoh terkemuka di bidang operasi kelamin. Iran menempati urutan kedua negara di dunia yang paling banyak melakukan operasi kelamin. Ini menarik sekali, melihat Iran adalah negara Islam konservatif.

Penampilan Somayeh (23), super feminin. Bulu mata lentik, bibir merah, rambut panjang berombak yang hanya sebagian ditutupi jilbab ungu. Sebelumnya ia bernama Afshin, laki-laki. Dan menurut Somayeh, dulu ia sama sekali tidak bahagia.

"Saya selalu merasa sebagai perempuan. Sejak kecil, saya suka main boneka Barbie. Hanya penampilan saya yang tidak cocok. Saya lega sekali ketika mendengar orang bisa mengubah jenis kelamin melalui operasi. Saya langsung berpikir, itu jalan keluar bagi saya!"

Seperti banyak orang, Somayeh meninggalkan desa kelahiran di Iran utara dan bertolak ke ibukota Teheran, mendatangi klinik swasta milik profesor Bahram Mir-Jalali, pelopor dan tokoh terkemuka di bidang operasi kelamin. Dalam kurun waktu 12 tahun, pakar ini telah membantu sedikitnya seribu orang.

Setelah serangkaian kunjungan dokter, sebelum operasi, Afshin juga secara fisik merasa sebagai perempuan.

Menarik bahwa justru negara Islam konservatif Iran, di mana homoseksual dapat dihukum mati, merupakan negara kedua yang paling banyak melakukan operasi kelamin. Thailand menduduki urutan pertama.

Undang-undang Iran memperbolehkan operasi kelamin. Pemerintah menyubsidi dan menanggung hingga separuh dari total biaya operasi, yang bernilai sekitar enam ribu euro (sekitar Rp 72 juta).

Pemerintah beranggapan, biaya dan kerugian - dalam bentuk bunuh diri dan kriminalitas - semakin besar bagi masyarakat, jika orang-orang seperti ini tidak diakui atau dibantu. Sebelum operasi, pasien diperbolehkan  berpakaian perempuan atau laki-laki di tempat umum. Setelah operasi mereka mendapatkan KTP baru.

Ada juga yang beranggapan, Iran menyubsidi operasi kelamin untuk mencegah homoseksualitas. Namun, menurut dokter Mir-Jalali, masih ada alasan lain. "Negara yang mengenal segregasi kelamin, negara hanya membedakan antara laki-laki dan perempuan. Yang lainnya tidak ada. Tubuh yang disesuaikan bisa memberikan kejelasan bagi masyarakat."

Hal sama dialami Hamed, laki-laki muda berahang lebar yang dulunya bernama Sjirien. "Perempuan berpakaian laki-laki selalu ditertawakan orang di jalan. Orang tidak tahu Anda ini sebenarnya apa."

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com