Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Thaksin Berbicara Setelah Kabar Grasi Raja

Kompas.com - 21/11/2011, 02:31 WIB

Bangkok, Minggu - Mantan Perdana Menteri Thailand yang buron, Thaksin Shinawatra, mengatakan tidak akan mendapat perlakuan khusus dari pemerintah menyusul laporan bahwa dia akan diajukan untuk mendapat grasi.

Thaksin tinggal di luar negeri untuk menghindari masa hukuman dua tahun penjara karena korupsi, tetapi sebuah rapat kabinet pekan ini, yang kabarnya menyiapkan sebuah grasi dari raja yang memungkinkan perdana menteri buron itu pulang tanpa menjalani hukumannya, menimbulkan respons marah dari oposisi.

Dalam sebuah surat kepada sesama orang Thai, yang diteruskan melalui surat elektronik kepada AFP oleh pengacaranya Noppadon Pattama, Thaksin berbicara mengenai ”kabar angin” bahwa namanya mungkin dimasukkan dalam daftar mereka yang diajukan untuk grasi raja bulan depan.

”Saya percaya pada prinsip bahwa pemerintah tak akan melakukan apa pun yang akan menguntungkan saya atau individu mana pun secara khusus,” kata mantan perdana menteri berusia 62 tahun itu dalam surat dari Dubai, tempat dia kini tinggal.

Thaksin, yang digulingkan dalam sebuah kudeta tahun 2006, mengatakan, tindakan yang kini diambil haruslah ”membawa rekonsiliasi nasional pada negara kita dan mengatasi krisis” banjir Thailand yang sedang berlangsung, yang telah menewaskan lebih dari 600 orang.

Laporan-laporan mengenai grasi itu datang pada saat yang sulit bagi PM Yingluck Shinawatra, adik perempuan Thaksin dan yang dianggap sebagai boneka politik Thaksin saat dia menghadapi kritik karena penanganan bencana banjirnya.

Grasi raja diberikan tiap tahun pada hari ulang tahun Raja Bhumibol Adulyadej 5 Desember.

Dekrit tahun ini, yang harus disetujui raja, akan berlaku pada ”narapidana yang sedikitnya 60 tahun dan dijatuhi hukuman penjara di bawah tiga tahun”, kata harian Bangkok Post, Rabu.

Laporan kemungkinan grasi untuk Thaksin itu, Jumat, menimbulkan demonstrasi sekitar 800 orang dari sebuah kelompok nasionalis ”kaos warna-warni” yang memprotes rencana itu.

(AFP/DI)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com