Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Dinamika Baru Sengketa Kamboja-Thailand

Kompas.com - 03/10/2011, 04:36 WIB

Oleh Makarim Wibisono

Sengketa perbatasan sekitar Candi Preah Vihear antara Kamboja dan Thailand jadi pusat perhatian media internasional pada saat KTT ASEAN, Mei, di Jakarta.

Diharapkan mediasi Presiden Susilo Bambang Yudhoyono selaku Ketua ASEAN merukunkan Perdana Menteri Kamboja Hun Sen dan Perdana Menteri Thailand (waktu itu) Abhisit Vejjajiva dalam masalah Candi Preah Vihear membuahkan hasil. Itu karena konsep Masyarakat Politik dan Keamanan ASEAN yang dicanangkan para kepala negara dan pemerintahan ASEAN menggambarkan mekanisme penyelesaian sengketa antarnegara ASEAN. Di samping itu, Dewan Keamanan PBB telah memberikan amanah kepada ASEAN untuk menyelesaikan masalah tersebut secara damai.

Masalahnya kemudian mengganjal mengingat inti persoalannya kompleks karena menyangkut kedaulatan wilayah yang diperebutkan kedua belah pihak. Oleh karena itu, setiap pihak dalam sengketa wilayah itu berupaya sekuat mungkin mempertahankan posisi masing-masing.

Anatomi sengketa

Sejak Perancis menarik diri dari wilayah Indochina (1950), Candi Preah Vihear—dibangun sekitar abad ke-11—telah menjadi wilayah yang diperebutkan antara Kamboja dan Thailand. Meskipun jalan menuju Candi Preah Vihear lebih mudah ditempuh dari wilayah Thailand, Mahkamah Internasional di Den Haag, Belanda, telah memutuskan bahwa Kamboja adalah pemilik kedaulatan atas Candi Preah Vihear dan wilayah sekitarnya. Meski demikian, Thailand tetap menuntut bahwa wilayah seluas 4,6 kilometer persegi di dekat Candi Preah Vihear masuk dalam wilayah kedaulatannya berdasarkan latar belakang sejarah.

Sengketa ini kemudian semakin muncul ke permukaan setelah UNESCO pada Juni 2008 menetapkan Candi Preah Vihear sebagai salah satu dari World Heritage Sites. Langkah badan internasional ini memicu letupan rasa nasionalistik pihak-pihak yang bersengketa.

Pasukan Thailand dan Kamboja pun terlibat dalam pertempuran sengit, bahkan menggunakan senjata api dan roket, pada 15 Oktober 2008. Sebulan sebelum KTT ASEAN di Jakarta, Mei 2011, kembali terjadi pertempuran yang lebih sengit di perbatasan sekitar Candi Preah Vihear. Setiap pihak telah menggunakan senjata artileri modern. Menurut laporan media massa, 20 orang meninggal dan sekitar 100.000 penduduk terpaksa mengungsi.

Keadaan kemudian mereda setelah komandan pasukan Thailand dan Kamboja sepakat melakukan ”genjatan senjata” dan pos-pos penjagaan di perbatasan, seperti di Ta Moan dan Ta Krabey, dibuka kembali sehingga memungkinkan adanya lalu lintas penduduk ataupun barang melewati daerah perbatasan.

Atas permintaan pihak-pihak yang bersengketa, Mahkamah Internasional di Den Haag telah menangani kembali kasus sengketa Candi Preah Vihear. Keputusan Mahkamah Internasional: setiap pihak harus menarik pasukannya dari wilayah yang diperebutkan.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com