Pengajuan disampaikan Presiden Abbas secara resmi, ditandai dengan penyerahan berkas permintaan kepada Sekretaris Jenderal PBB Ban Ki-moon.
Berkas itu bertuliskan ”Aplikasi untuk Pengakuan Palestina Berbasis Kesepakatan Perbatasan 4 Juni 1967”, dengan Jerusalem sebagai ibu kota negaranya.
Dokumen itu terbungkus dalam map putih berhiaskan lambang bulan sabit Palestina. Momen sangat bersejarah tersebut sontak disambut sukacita oleh rakyat Palestina di tanah air, yang menyaksikan langsung dari stasiun televisi setempat.
Akan tetapi, diyakini pula, baik Israel maupun negara pendukungnya, Amerika Serikat, sama-sama berang dan menolak pengajuan tersebut. Tambah lagi Presiden AS Barack Obama pernah eksplisit mengancam akan memveto jika ”lamaran” tersebut sampai dibahas di tingkat sidang Dewan Keamanan PBB.
Padahal, sedikitnya 120 negara telah menyatakan dukungan mereka atas langkah Palestina itu. Dalam pertemuan, para delegasi dari negara-negara tersebut bahkan bersorak-sorai dan bertepuk tangan sambil berdiri (standing ovation) begitu Abbas berbicara dalam sidang.
Apresiasi mereka berikan begitu Abbas menyatakan bahwa negaranya siap kembali ke meja perundingan damai jika Israel menghentikan aktivitas pembangunan permukiman baru untuk Yahudi di wilayah Palestina.
Sementara itu, Dewan Keamanan PBB rencananya baru akan memulai pembahasan atas isu tersebut pada Senin (26/9). Namun, pengambilan keputusan melalui jalur voting diperkirakan baru terjadi beberapa minggu mendatang.
Seharusnya, keanggotaan sebuah negara dapat berlangsung cepat dan persetujuan dapat diberikan secara cepat jika tidak ada hambatan.