Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Asing Berebut Masuk

Kompas.com - 27/08/2011, 04:02 WIB

roma, jumat - Sejumlah negara asing mulai berebut masuk ke Libya dengan beragam motif. Ada negara yang menawarkan bantuan dana rekonstruksi. Ada pula negara yang ingin menguasai kekayaan, terutama sumber mineral dan minyak, termasuk jaringan pipa distribusi minyak.

Italia dan Perancis, seperti dilaporkan kantor berita Agence France-Presse (AFP), Jumat (26/8), diduga tengah berlomba untuk menguasai negara kaya minyak itu. Kedua negara ini bertarung seperti mengulangi era kolonialisme merebut kekayaan negara di Afrika Utara itu.

Berita soal pertarungan Italia dan Perancis menjadi isu hangat di Italia. Namun, Menteri Luar Negeri Italia Franco Frattini buru-buru menyangkal opini publik. ”Tidak ada perlombaan untuk masuk duluan ke Libya,” katanya ke Radio Rai, Italia.

Frattini menolak tudingan bahwa Italia dan Perancis sedang ”berlari kencang” untuk merebut perhatian oposisi Libya. Dilaporkan, kedua negara itu berlomba untuk mendapatkan kontrak terbaik di Libya pascatumbangnya Moammar Khadafy.

”Kami lupa bahwa para protagonis adalah warga Libya,” kata Frattini. Dia menambahkan, ”Tak seperti banyak negara di Eropa lainnya, Italia telah meminta maaf atas kesalahan pada masa kolonial dulu dan tak ingin jatuh kembali ke dalam pencobaan.”

Italia memiliki perusahaan minyak di Libya, ENI. Total Perancis pun ada di negeri yang tengah bergolak itu. Total menguasai 2,5 persen dari total produksi minyak Libya. Sekitar 13 persen dari penerimaan ENI dari minyak ini justru dari Libya. Mereka telah melobi oposisi agar bisa lebih banyak lagi menguasai minyak itu.

”Balas jasa”

Menurut Frattini, negara di Afrika Utara itu mempunyai ”sebuah kelompok yang berkuasa, kaum muda berkualitas dan orang-orang terbaik yang memiliki jam terbang ke seluruh dunia, serta mengenal dunia dengan baik”. Mustahil mereka ini mau membiarkan dirinya ditindas lagi oleh ”kehadiran kolonial”.

Dia memuji negaranya tetapi meragukan apakah negara lain bersikap seperti Italia. Dia tidak menyebut siapa ”negara lain” itu. ”Italia adalah negara yang memiliki rasa cinta, mau membalas dengan tulus hati kepada warga Libya,” kata Frattini dalam wawancara di situs internet ternama Italia, IlSussidario.net.

Italia tidak ingin menarik militernya dari Libya karena ingin membantu rakyat setempat untuk menangkap Khadafy atau sampai suatu kondisi yang memungkinkan bagi Libya. ”Italia akan terus memainkan peran kunci hingga pasca-Khadafy, terutama terkait sektor infrastruktur, energi dan telekomunikasi, serta soal imigrasi,” katanya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com