Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Penjarah Manfaatkan Twitter dan Facebook

Kompas.com - 09/08/2011, 14:28 WIB

LONDON, KOMPAS.com Para pemuda penjarah yang mengobrak-abrik toko-toko di London dalam tiga hari terakhir dituduh sebagai orang-orang oportunis yang dimotivasi keserakahan. Puluhan dari mereka difilmkan saat menghilang dalam kegelapan malam dengan tangan mengangkut TV plasma, laptop, dan pakaian olahraga.

Menurut Daily Mail, Selasa (9/8/2011), pernyataan bahwa aksi anarki yang merajalela itu dimotivasi oleh kematian Mark Duggan di tangan polisi dengan cepat terungkap sebagai kebohongan. Beberapa dari mereka yang terlibat dalam perusakan toko-toko di Enfield, Tottenham, dan Oxford Circus tidak cukup umur untuk ditangkap.

Pesan-pesan di situs jejaring sosial dan telepon seluler menyebar seperti kobaran api dan mendorong gerombolan remaja, banyak dari mereka menutupi wajahnya dengan topeng dan tudung, menuju ke toko-toko dan jalan-jalan utama. Di sejumlah wilayah mereka bebas berkeliaran, membentuk antrean di luar toko-toko yang hancur, dan dengan santai mencoba-coba sepatu. Foto-foto para pencuri muda itu memperlihatkan mereka sedang berpose dengan barang jarahan mereka kemudian langsung ditampilkan di internet disertai komentar-komentar bernada angkuh.

Daily Mail melaporkan, Senin malam di kawasan Lane Rye di Peckham, London, segerombolan pemuda kulit hitam, berjumlah 30 orang, yang memakai bandana, membuka paksa jeruji besi toko-toko perhiasan. Mereka akhirnya menghancurkan bagian depan toko-toko itu agar bisa masuk ke dalam. Anak-anak, yang menurut para saksi mata boleh jadi masih berusia tujuh tahun, menyerbu masuk untuk mengambil apa saja yang mereka dapatkan. Scotland Yard, polisi London, mengungkapkan, seorang anak 11 tahun merupakan penjarah termuda dari lebih dari 215 orang yang telah ditangkap selama kerusuhan. Dia dikenai tuduhan perampokan.

Sebagian besar dari mereka yang ditangkap karena pelanggaran, termasuk pencurian dan aksi kekerasan, berusia remaja atau awal 20-an. Banyak dari mereka mendapat informasi melalui pesan di telepon seluler dan situs jejaring sosial, seperti Twitter dan Facebook.

Sebuah pesan di BlackBerry menasihati masyarakat untuk mempersenjatai diri dengan palu (saat menjarah) dan membawa mobil, van, atau troli guna mempermudah mereka saat mengangkut barang-barang curian. Sebuah pesan lain merujuk ke Oxford Circus, tempat satu gerombolan sekitar 50 pemuda merusak sejumlah tempat bisnis. Pesan itu menyerukan, "Semua orang dari segala penjuru London untuk bertemu, hancurkan toko-toko dan dapatkan sejumlah 'barang gratis'. Jika Anda melihat seorang polisi... SERANG!"

Pemimpin Dewan Wilayah Lambeth, Steve Reed, mengutuk para penjarah oportunistik itu sebagai "pencurian skala massal". Dia menambahkan, "Seseorang menggambarkan itu sebagai geng anak-anak yang menyisir supermarket. Itu mirip permainan dalam acara TV tahun 1990-an, yang di situ para para kontestannya berlomba-lomba untuk memasukkan sebanyak mungkin barang di dalam toko ke dalam troli dalam waktu terbatas. Ini adalah pencurian dalam skala massal. Saya telah mendengar cerita orang-orang yang mencoba-coba baju dan menggunakan gerobak sampah untuk mengisi barang-barang. Ini bukan isu-isu sosial, ini adalah kesempatan untuk merampok."

Polisi telah memperingatkan bahwa mereka yang menggunakan internet dan telepon seluler untuk mengajak orang melakukan kerusuhan atau penjarahan bisa dituntut. Polisi telah mengendus bahwa media sosial telah memainkan peran kunci dalam koordinasi aksi kekerasan di Enfield, Tottenham, dan Oxford Circus.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Terkini Lainnya

    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com