Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kelaparan Meluas di Somalia

Kompas.com - 04/08/2011, 08:36 WIB

NAIROBI, KOMPAS.com - Kelaparan meluas ke tiga daerah baru Somalia, termasuk ibu kota Mogadishu dan kamp pengungsi terbesar dunia, akibat kekeringan parah yang melanda negara Tanduk Afrika itu, demikian diumumkan PBB, Rabu. Daerah-daerah baru itu mencakup dua lokasi yang ditempati ratusan ribu orang Somalia untuk mencari makanan sebagai pengungsi internal (IDP).

"Kini terjadi kelaparan. Tiga daerah itu adalah permukiman IDP koridor Afgoye, komunitas IDP Mogadishu di seluruh tujuh distrik kota itu, dan di daerah-daerah Balaad serta Adale di Shabelle Tengah", kata Grainne Moloney, Kepala Bagian Analisa Gizi dan Keamanan Pangan PBB untuk Somalia.

Bulan lalu, PBB mengumumkan kelaparan di daerah-daerah Bakool selatan dan Shabelle Hulu di Somalia selatan akibat kekeringan panjang di negara tersebut. Lebih dari 409.000 orang Somalia dikabarkan berada di daerah koridor Afgoye, yang merupakan kamp pengungsi terbesar dunia, kata Moloney. "Meski perhatian meningkat dalam beberapa pekan ini, tanggapan kemanusiaan saat ini tetap tidak memadai, antara lain karena pembatasan akses yang terus berlangsung dan kesulitan dalam peningkatan program bantuan darurat serta kekurangan dana," kata badan PBB itu dalam sebuah pernyataan. "Akibatnya, kelaparan diperkirakan meluas ke seluruh wilayah selatan dalam empat atau enam pekan mendatang," kata pernyataan itu.

Kondisi tersebut diperumit oleh bentrokan-bentrokan yang terus berlangsung antara pasukan Somalia bersama Uni Afrika dengan gerilyawan Al-Shabaab. Senin, dua prajurit Uni Afrika (AU) dan dua calon penyerang bom bunuh diri tewas dalam bentrokan di Mogadishu, kata seorang juru bicara AU.

Sebelumnya, Jumat, tiga prajurit AU tewas dalam bentrokan dengan gerilyawan Al-Shabaab dan mayat mereka diseret di jalan-jalan di Mogadishu selama pertempuran sengit antara kedua pihak. Pertempuran sengit itu terjadi pada hari kedua ketika gerilyawan Al-Shabaab berusaha memperkuat posisinya setelah peluncuran ofensif pemerintah untuk mengamankan rute-rute bantuan bagi korban kekeringan di Somalia. "Saya melihat tiga mayat prajurit Uganda diseret oleh penduduk di Suqaholah, mereka memakai tanda pengenal di leher mereka," kata Osmail Yusuf, seorang saksi, Jumat.

Bentrokan-bentrokan itu berlangsung ketika badan-badan bantuan internasional berusaha mencari cara untuk menyerahkan bantuan makanan kepada penduduk yang tinggal di kawasan yang dilanda kelaparan, khususnya daerah-daerah Somalia selatan yang dikuasai kelompok Al-Shabaab yang terkait dengan Al-Qaeda. Badan-badan bantuan menarik diri dari Somalia selatan pada awal 2010 setelah ancaman terhadap staf mereka dan aturan semakin keras yang diberlakukan terhadap aktivitas mereka oleh Al-Shabaab, yang dimasukkan ke dalam daftar kelompok teror oleh Washington.

Militan pada Juli mengatakan, kelompok bantuan asing bisa kembali lagi ke wilayah itu, tetapi seorang juru bicara Al-Shabaab mengatakan kemudian bahwa larangan operasi terhadap mereka masih tetap diberlakukan. Al-Shabaab mengobarkan perang selama empat tahun ini dalam upaya menumbangkan pemerintah sementara Somalia dukungan PBB yang hanya menguasai sejumlah wilayah di Mogadishu. Nama Al-Shabaab mencuat setelah serangan mematikan di Kampala pada Juli 2010.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com