Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

UA Cari Jalan Keluar

Kompas.com - 27/06/2011, 02:24 WIB

Benghazi, Minggu - Para pemimpin Uni Afrika bertemu di Pretoria, Afrika Selatan, Minggu (26/6), untuk mencari terobosan menyelesaikan konflik di Libya yang telah berjalan empat bulan. Pertemuan ini digelar tak lama setelah kubu oposisi Libya menyatakan siap menerima tawaran pemerintah asalkan Moammar Khadafy mundur.

Panel Uni Afrika (UA) soal Libya bertemu setelah kunjungan Presiden Afsel Jacob Zuma ke Tripoli, bulan lalu, gagal menghasilkan kesepakatan gencatan senjata yang bisa diterima kubu oposisi dan koalisi Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO).

Zuma mendesak Khadafy dan oposisi yang membentuk Dewan Transisi Nasional (NTC) mau berkompromi.

”Di lapangan, aksi militer menemui jalan buntu. Hal itu tak boleh dilanjutkan karena korban jiwa terus bertambah dan mengguncang stabilitas kawasan. Solusi di Libya haruslah solusi politik dan semua bergantung pada rakyat Libya,” kata Zuma dalam pertemuan yang berlangsung tertutup itu.

Zuma kembali menuduh NATO melewati mandat Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) dalam serangan udara ke Libya. Menurut Zuma, resolusi yang disetujui Dewan Keamanan PBB dan didukung Afsel itu tak mengizinkan ”perubahan rezim atau pembunuhan politik” atas Khadafy.

”Pengeboman NATO dan sekutunya memprihatinkan karena intensi Resolusi 1973 adalah melindungi rakyat Libya dan bantuan kemanusiaan,” ujar Zuma.

Uni Afrika memimpin mediasi di Libya dengan restu sejumlah pihak yang berkepentingan, termasuk Rusia. Khadafy sejak lama mendukung Uni Afrika untuk integrasi yang lebih kuat antarsesama negara Afrika.

Mediasi

Sehari sebelumnya, kubu oposisi Libya menyatakan yakin Pemerintah Libya akan segera menawarkan solusi baru lewat mediasi Perancis dan Afsel. ”Kami kira segera ada tawaran baru. Khadafy sudah kesulitan bernapas,” kata Wakil Ketua NTC Abdel Hafiz Ghoga di Benghazi.

”Semua proposal yang kami terima akan kami pertimbangkan dengan serius selama menjamin Khadafy dan rezimnya tidak lagi berkuasa. Kami ingin mengakhiri perang sesegera mungkin dan akan memberinya (Khadafy) ruang untuk pergi,” ujar Ghoga.

Beberapa hari terakhir beredar rumor di kalangan intelijen bahwa Khadafy mempertimbangkan untuk mundur dan meninggalkan Tripoli. Kelompok oposisi juga dikabarkan menerima pengasingan pemimpin Libya itu ke lokasi terpencil.

Rumor ini dipicu pertempuran tanpa akhir yang dihadapi kedua kubu di lapangan. Pertempuran terakhir terjadi di Pegunungan Nafusa, barat daya Tripoli, ketika kelompok oposisi beradu tembak dengan pasukan Khadafy.

(AP/AFP/REUTERS/WAS)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com