Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Dilanda Pemogokan, Banglades Lumpuh

Kompas.com - 05/06/2011, 17:17 WIB

DHAKA, KOMPAS.com - Ribuan polisi antihuru hara dan pasukan elit paramiliter dikerahkan di ibu kota Banglades, Dhaka setelah kerusuhan menjelang pemogokan umum untuk memprotes perubahan-perubahan sistem pemilu negara itu.

Setidaknya 12 bus dibakar pada Sabtu (4/6/2011) malam, dan 40 orang ditahan, demikian dikatakan polisi, beberapa jam sebelum Partai Nasionalis Banglades (BNP) menyerukan pemogokan.

Semua toko, tempat bisnis dan sekolah tutup di Dhaka, Minggu (5/6/2011) dan jalan-jalan penting dan jalan raya sepi.

Setidaknya 8.000 polisi dan 1.500 personil pasukan paramilitr dikerahkan di kota itu, Minggu, untuk mencegah aksi kekerasan, kata para perwira polisi lokal, sementara ribuan orang lagi ditugaskan di seluruh negara itu.

"Kami memberlakukan tindakan keamanan yang ketat di seluruh kota itu. Sejauh in situasi tetap tenang. Tidak ada insiden kekerasan di manapun di ibu kota," kata komandan polisi Dhaka, Bnazir Ahmed.

Pemogokan itu diserukan setelah Perdana Menteri Sheikh Hasina dari partai Liga Awami pekan lalu mengumumkan rencana-rencana untuk menghapuskan sistem negara itu di mana pemerintah sementara mengambil kekuasaan selama waktu pemilihan.

Sistem itu dirancang untuk tiga bulan bagi setiap pemilihan di Banglades, yang punya tradisi lama dilanda kerusuhan polirik sejak merdeka tahun 1971.

Pemimpin oposisi Khaleda Zia mengkakan kepada wartawan Sabtu partainya tidak akan ikut bertarung pada setiap pemilu di masa depan jika pemerintah tetap menghapuskan sistem pemerintah sementara, yang mengawasi empat pemilu secara berturut-turut.

Pemogokan itu adalah yang kempat yang BNP serukan sejak kalah dalam pemilu tahun 2008. Sekutu-sekutu utama Islamnya mendukung pemogokan itu.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com