Tripoli, Rabu
Enam ledakan bom yang amat kuat terdengar pada Selasa malam. Tiga ledakan yang memekakkan telinga melanda kompleks luas Bab al-Aziziya, pusat pertahanan dan tempat tinggal Khadafy, pada pukul 23.00, diikuti tiga ledakan besar lainnya.
Kawasan ini pada Senin malam juga dihujani lebih dari 20 bom. Serangan udara NATO, yang berlangsung lebih dari setengah jam, itu semula dilaporkan menyebabkan tiga orang tewas dan 150 lainnya terluka, seperti disampaikan juru bicara Libya, Mussa Ibrahim. Namun, esok paginya diketahui korban tewas mencapai 19 orang.
Serangan bom NATO, Rabu, menyasar sejumlah tempat yang oleh rezim Libya disebut sebagai permukiman warga sipil. Ledakan bom terus terdengar hingga Rabu siang.
Sementara itu, dua warga Eritrea tewas karena lemparan batu dalam sebuah bentrokan di kamp Choucha, dekat perbatasan Tunisia-Libya. Tujuh orang lagi terluka akibat penembakan oleh warga Eritrea . Sekitar 200 tenda pengungsi hancur. Ribuan orang telah melarikan diri ke kamp itu sejak kekerasan pecah, Februari.
NATO menolak tuduhan kalau mereka menyerang permukiman penduduk. Target serangan adalah fasilitas penyimpanan kendaraan strategis Libya, yang mendukung pasukan loyalis menyerang warga sipil.
Pejabat NATO di Brussel mengatakan, sekutu berharap Khadafy turun akhir Juni atau awal Juli. ”Rezim Khadafy telah menjadi sangat apatis dalam 15 hari terakhir. Inisiatif militernya sudah berkurang dan hanya mengandalkan strategi defensif, yang merupakan tanda bahwa kami berada di jalan yang benar,” kata pejabat NATO itu.
”Kami berpikir, kami harus mempercepat dan meningkatkan tempo operasi untuk mencapai hasil maksimal,” demikian pernyataan NATO.
Krisis Libya memasuki bulan keempat sejak dimulai pada 15 Februari. Rezim Khadafy tetap bertahan di Libya barat, termasuk Tripoli, dan terus melawan serangan aliansi meski lebih dari 50 persen kekuatannya sudah dilumpuhkan NATO.