Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Meru Betiri Menyimpan "Harta Karun"

Kompas.com - 24/05/2011, 07:10 WIB

Dari kekayaan flora dan fauna, Meru Betiri membawa cerita kemakmuran dari abad ke abad. Secuil hutan di Jawa bagian selatan ini memakmurkan manusia dari kekayaan tanaman obat, perkebunan, hingga perannya dalam perdagangan karbon dunia.

”Harta karun” Taman Nasional Meru Betiri (TNMB) yang berlokasi di Jember, Jawa Timur, itu sudah terlihat sejak awal kami menelusuri jalur Sarongan-Sukamade dengan mobil 4WD akhir Maret lalu.

Pohon kluwak, ketapang, asem, dan pepohonan lain sebesar rentangan tangan berpadu dengan perdu dan lilitan rotan jawa menghiasi perjalanan selama dua jam perjalanan. Sesekali gerombolan monyet ekor panjang terlihat bergelantungan di pepohonan mencari makan di pohon cermai.

Selain monyet, kawasan ini juga jadi habitat sejumlah hewan langka. Penyu adalah satwa khas Meru Betiri. Penyu-penyu langka seperti penyu hijau (Chelonia mydas), penyu belimbing (Dermochelys coriacea), penyu lekang (Lepidochelys olivacea), dan penyu sisik (Eretmochelys imbricata) ditangkarkan di Pantai Sukamade, ujung timur Meru Betiri. ”Hanya di Pantai Sukamade penyu-penyu mau bertelur. Pantai ini memang habitat mereka sejak dulu,” kata Aulya (20), mahasiswa Institut Pertanian Bogor, peneliti penyu.

Kami bertemu dengan Aulya ketika ia sibuk berebut telur penyu dengan Chelonia mydas, penyu hijau sebesar wajan berdiameter 50 sentimeter. Aulya kerepotan merogoh telur yang sedang ditimbun sang induk di tepi Pantai Sukamade.

Beberapa teman sekampusnya juga terpikat dengan Meru Betiri. Mereka meneliti satwa lain seperti banteng dan rusa. Kedua hewan langka itu juga berhabitat di hutan tropis dataran rendah dan berbagi dengan landak, macan tutul, tenggiling, dan kucing hutan.

Jauh sebelum masa sekarang, kekayaan satwa dan hutan alam Meru Betiri ini lebih dahulu memikat hati Pemerintah Belanda. Berdasarkan data sejarah TNMB, Belanda sudah menjadikan Meru Betiri sebagai kawasan yang wajib dilestarikan pada 1929. Pertimbangannya agar ekosistem hutan dan kekayaan alam di dalam hutan seluas 58.000 hektar tersebut terjaga. Termasuk kekayaan yang menjadi harta karun zaman itu dan juga zaman-zaman sesudahnya.

Meru Betiri juga menjadi pusat penelitian tanaman obat. Dari 518 jenis tumbuhan yang berhasil diinventarisasi TNMB, sebanyak 239 jenis di antaranya merupakan tanaman obat.

Ahli biologi Universitas Jember, Harry Sulistyowati, dua tahun terakhir menginventarisasi kekayaan biota Meru Betiri. Ia meneliti tumbuhan di lima blok wilayah Bandealit yang terletak di Meru Betiri bagian barat.

Hasil inventarisasi selama dua tahun itu mengejutkannya. ”Hasilnya 75 persen tumbuhan di lima blok Meru Betiri adalah tumbuhan obat, beberapa bahkan langka,” katanya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com