Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Fidel Castro Dukung China Kritik AS

Kompas.com - 26/04/2011, 03:07 WIB

Havana, Minggu - Mantan pemimpin Kuba, Fidel Castro, Minggu (24/4), memuji isi laporan Pemerintah China yang mengkritik keras penegakan hak asasi manusia di Amerika Serikat. Castro mengatakan, AS bersikap hipokrit dalam isu-isu hak asasi manusia tersebut.

Laporan China itu dirilis bulan lalu menjelang pertemuan tahunan antara AS dan China untuk membahas isu-isu HAM pekan depan. Pertemuan tersebut berlangsung di tengah memanasnya kembali situasi di wilayah etnis Tibet, tempat pasukan China pekan lalu menggerebek sebuah biara dan menewaskan dua warga sipil.

Selama ini AS selalu mempermasalahkan isu penegakan HAM di China, termasuk berbagai masalah di Tibet. Namun, dalam laporan terbaru itu, China balik mengkritik AS dengan menyatakan AS tutup mata terhadap berbagai pelanggaran HAM dalam perang di Irak dan Afganistan serta penggunaan berbagai teknik interogasi sadis, seperti waterboarding, yang dilakukan militer AS terhadap tahanan mereka.

Castro (84) menyebut isi laporan China itu menunjukkan ”situasi penegakan HAM yang penuh malapetaka di AS”. ”Sudah 50 tahun kami mengutuk para hipokrit ini,” tutur pemimpin Revolusi Kuba tahun 1959 itu, yang telah menyerahkan semua kekuasaan politik kepada adiknya, Raul Castro.

Meski sudah tak aktif secara resmi di politik Kuba, Castro masih tak segan-segan menunjukkan permusuhan dengan AS. Dalam tulisan berjudul ”Ketiadaan Saya di Komite Sentral”, yang dibuat untuk menanggapi berbagai langkah reformasi di Kuba, Castro menyebut kegagalan AS menggulingkan kekuasaannya di Kuba.

”Bush sudah berkuasa sejak 2001 dan menunjuk suatu pemerintah untuk (mengambil alih kekuasaan di) Kuba. Namun, sekali lagi, para tentara bayaran dan kaum bourgeois (kapitalis) itu gagal,” tulis Castro dalam tulisan yang disebarluaskan oleh Kedutaan Besar Kuba di Jakarta itu.

Castro menambahkan, para ”Yankees” (sebutan untuk orang Amerika) itu kini bahkan menghadapi dua revolusi di Amerika Latin, yakni Kuba dan Venezuela. ”Kerja sama erat kedua negara (Kuba dan Venezuela) akan tercatat dalam sejarah Amerika sebagai satu contoh potensi revolusioner besar dari orang-orang yang berbagi asal-muasal dan sejarah yang sama,” ungkapnya.

Presiden Venezuela Hugo Chavez memang disebut-sebut sebagai sekutu ideologis terdekat Fidel dan Raul Castro. Venezuela juga menjadi mitra dagang utama Kuba.

Pekan lalu, Chavez mendukung langkah reformasi ekonomi yang diusulkan Raul dan disetujui Kongres Partai Komunis Kuba. Chavez mengatakan, reformasi di Kuba itu tidak menunjukkan bahwa model ekonomi sosialis Kuba selama ini telah gagal, tetapi sedang diperbarui.

Sebaliknya, bagi AS, Kuba juga memiliki catatan penegakan HAM yang amat buruk. Pemerintah Kuba dituduh membatasi kebebasan berbicara, pers, dan berkelompok, serta menahan para tahanan politik.

Departemen Luar Negeri AS pekan lalu memberikan penghargaan Human Rights Defender Award kepada kelompok oposisi Kuba, Las Damas de Blanco (Perempuan Berbaju Putih), yang telah memperjuangkan pembebasan para tahanan politik di Kuba. Kelompok itu beranggotakan para istri dan kerabat aktivis yang menjadi tahanan politik. (AFP/DHF)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com