Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Khadafy Mau Damai, Pemberontak Menolak

Kompas.com - 12/04/2011, 02:52 WIB

BENGHAZI, KOMPAS.com - Pemimpin pemberontak Libya, Mustafa Abdul Jalil, Senin (11/4/2011) menolak prakarsa Uni Afrika (AU) soal gencatan senjata demi perdamaian dengan pasukan Moammar Khadafy. Mereka tetap menuntut pengunduran diri pemimpin kawakan itu.

"Prakarsa (AU) ini telah terlewatkan. Sejak hari pertama tuntutan bangsa kami adalah penggulingan Khadafy dan keruntuhan rezim," kata Abdul Jalil pada keterangan pers di kota Benghazi yang dikuasai pemberontak.

"Kadhafi dan putra-putranya harus segera pergi jika mereka ingin aman... Setiap prakarsa yang tidak mencakup tuntutan rakyat, tuntutan umum, tuntutan penting, tidak mungkin bisa kami akui," katanya.

Abdul Jalil menolak segala bentuk penengahan yang akan memungkinkan Khadafy tetap berkuasa, dan ia mengecam orang kuat Libya itu. Abdul Jalil mengatakan, prakarsa AU itu "sama dengan seruan Dewan Keamanan PBB bagi gencatan senjata dan perlindungan warga sipil serta membiarkan rakyat Libya menentukan masa depan mereka sendiri".

"Prakarsa yang diajukan hari ini telah diputuskan sejak 10 Maret. Sebulan telah berlalu... selama masa panjang ini Kolonel Moammar Khadafy tidak menghormati keputusan-keputusan ini. Ia membom penduduk sipil dengan pesawat, rudal dan roket. Ia mengepung kota-kota dengan pasukannya. Ia menempatkan pasukan keamanan dalam pakaian sipil di dalam batas-batas kota," tambahnya.

Pernyataan Jalil itu disampaikan setelah perundingan dengan delegasi para kepala negara Afrika di Benghazi, Senin, sehari setelah Khadafy menerima usul perdamaian tersebut.

Empat presiden Afrika -- Mohamed Ould Abdel Aziz (Mauritania), Amadou Toumani Toure (Mali), Denis Sassou Nguesso (Kongo) dan Jacob Zuma (Afrika Selatan) -- tiba bandara Mitiga dekat Tripoli, pada Minggu.

Delegasi Uni Afrika (AU) itu juga mencakup Menteri Luar Negeri Uganda Henry Oryem Okello, yang mewakili Presiden Yoweri Museveni, kepala negara kelima yang membentuk panel AU.

Misi perdamaian mereka itu dilakukan ketika pesawat-pesawat tempur Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO) melancarkan serangan terhadap loyalis Kadhafi di kota pelabuhan Misrata setelah pasukan pemerintah membunuh sedikitnya 11 orang di daerah itu pada akhir pekan, kata pemberontak.

Delegasi tersebut bertemu dengan Kadhafi di Tripoli pada Minggu, dan Jacob Zuma mengatakan, pemimpin Libya itu telah menyetujui rencana gencatan senjata AU yang akan menghentikan operasi pemboman NATO.

Libya kini digempur pasukan internasional sesuai dengan mandat PBB yang disahkan pada 17 Maret. Resolusi 1973 DK PBB disahkan ketika kekerasan dikabarkan terus berlangsung di Libya dengan laporan-laporan mengenai serangan udara oleh pasukan Moamer Kadhafi, yang membuat marah Barat.

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Terkini Lainnya

    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com