Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Dorong Pemanfaatan ASI, Atur Promosi Susu Formula

Kompas.com - 31/03/2011, 04:26 WIB

Jakarta, Kompas - Minimnya pemberian air susu ibu secara eksklusif tidak lepas dari rendahnya pengetahuan seputar ASI. Perlu didorong pemanfaatan ASI serta pengaturan tegas promosi, iklan, dan pemasaran susu formula bagi bayi berusia enam bulan ke bawah.

Anggota pengurus harian Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia sekaligus anggota Koalisi Advokasi ASI Indonesia, Husna Zahir, Rabu (30/3), mengatakan, masyarakat secara umum mengetahui kebaikan ASI bagi bayi. Namun, masyarakat belum mendapatkan informasi yang utuh mulai dari pengertian sesungguhnya air susu ibu (ASI) eksklusif, proses menyusui, dan cara pemberian ASI.

Di sisi lain, paparan informasi tentang susu formula jauh lebih gencar. Selain iklan dan promosi lewat media, kata Husna, produsen menempuh cara pemasaran yang lebih mengkhawatirkan, yakni pemasaran langsung ke ibu, fasilitas kesehatan, atau lewat tenaga kesehatan, seperti bidan dan dokter. Cara pemasaran itu lebih sulit dikontrol dan dapat menghambat pemberian ASI.

Wakil Ketua Umum Asosiasi Ibu Menyusui Indonesia Nia Umar mengatakan, perlu pemberian informasi yang lebih mendalam kepada masyarakat tentang ASI. ”Kadang ibu khawatir berat badan bayinya kalah dengan anak yang diberi susu formula. Padahal, gizi dalam ASI justru jauh tinggi dan tepat bagi bayi. Cara menyusui yang salah juga menimbulkan ketidaknyamanan dan minimnya air susu,” katanya.

Pemberian informasi sebaiknya bukan sebatas penyuluhan satu arah, melainkan berbentuk konsultasi. Tenaga kesehatan, seperti bidan, harus membantu ibu menyusui. Selain itu, perlu konselor ASI di puskesmas, klinik, dan fasilitas kesehatan lain.

Pengaturan susu formula

Menurut Husna, pengaturan tentang susu formula harus tegas untuk menghindari intervensi yang bisa memengaruhi pemberian ASI.

Rancangan Peraturan Pemerintah tentang ASI diharapkan melarang tegas promosi, iklan, dan sponsor susu formula bagi bayi berusia di bawah satu tahun. Tidak hanya promosi dan iklan susu formula lewat media, tetapi juga pemasaran melalui fasilitas dan tenaga kesehatan.

”Namun, masih ada celah yang dikhawatirkan, yakni produsen susu formula boleh membiayai penelitian. Untuk itu, peran tenaga kesehatan untuk sepenuhnya berpihak pada ASI sangat diperlukan,” kata Husna.

Dokter dan bidan wajib mendorong ibu menyusui bayinya. ”Pemberian susu formula hanya jika ibu tidak mampu menyusui dan harus dengan resep dokter,” katanya.

Ketua Umum Persatuan Ahli Gizi Indonesia Minarto mengatakan, pengetahuan tentang ASI eksklusif merupakan pengetahuan gizi yang prioritas. Pemberian ASI penting untuk perbaikan gizi dan standar emas nutrisi. (INE)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com