Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kebersamaan yang Menguatkan Mereka

Kompas.com - 19/03/2011, 10:49 WIB
Oleh: Ahmad Arif

"…. Orang-orang di pengungsian membantu kami dengan baik dan memberi makan yang cukup. Para pengungsi lain ramah dan menyenangkan. Tetangga kami juga sangat baik, ia mengizinkan kami memompa air dari sumurnya secara gratis. Kita harus tahu bahwa kita masih memiliki rasa kebersamaan. Terima kasih semua orang!”

Masayuki Aihara, warga Fukushima -kota yang kini dalam ancaman kebocoran radioaktif dari pembangkit listrik tenaga nuklir- menulis surat pembaca di koran The Japan Times, Kamis (17/3). Ia adalah salah satu korban bencana gempa dan tsunami yang melanda Jepang, 11 Maret lalu.

”Saudara perempuan saya hidup di Sendai, kakak lelaki saya di Shiogama, dan satu saudara lainnya di Onigawa. Semua kota itu nyaris rata akibat tsunami. Saya tidak bisa menghubungi mereka melalui telepon sampai sekarang. Keluarga saya sendiri tinggal di pengungsian di dekat rumah,” tulis Aihara.

Surat pembaca itu mewakili sebagian besar suara korban bencana di Jepang. Suasana yang sama terasa di tempat-tempat penampungan di daerah terparah terpapar bencana, seperti Sendai dan Kesennuma di Prefektur Miyagi.

Nyaris tak ada keluh kesah dari korban bencana. Di tengah hujan salju dan suhu dingin yang mencapai minus 4 derajat celsius, orang-orang antre makanan dengan tertib. Di sejumlah stasiun pengisian bahan bakar, ratusan mobil antre hingga lebih dari 5 kilometer, tetapi tetap berjalan dengan teratur. Tak ada yang menyerobot, tak ada teriakan kegusaran. Antrean yang sama terjadi di beberapa pusat pertokoan yang masih buka. Tertib, semuanya tertib dan berbaris rapi.

Tak ada penjarahan sekalipun sebagian di antara mereka kekurangan makan. Di kawasan pegunungan di Ichinoseki, Prefektur Iwate, beberapa orang tua memakan sayur mentah yang baru diambil dari kebun. Distribusi makanan dan bahan bakar menjadi masalah di beberapa tempat. Pemerintah Jepang dan media massa lebih tersedot perhatiannya pada kebocoran reaktor nuklir Fukushima.

Namun, saat ditawari onigiri yang kami bawa, para korban itu menolak. ”Kami masih punya nasi. Kalian dari jauh dan perjalanannya masih lama. Itu untuk bekal kalian saja atau untuk yang lebih membutuhkan,” kata sepasang kakek-nenek, yang menumpang mobil tim evakuasi Kedutaan Besar Republik Indonesia di Jepang. Keduanya menumpang setelah berjalan berkilometer di tengah badai salju untuk mencari keluarga mereka yang hilang.

Bersahaja

Kamis malam, suasana di pusat pengungsian kota Kesennuma, Prefektur Miyagi, tertata rapi. Anak-anak bermain di ruang khusus, yang tertutup kaca-kaca transparan, dengan berbagai macam permainan.

Orang tua yang sakit, ibu hamil, dan bayi juga mendapat ruangan khusus. Sementara di ruangan utama, ratusan orang tidur bersama tanpa sekat. Mereka menandai ruangannya berdasarkan selimut dan matras. Sepatu kotor ditata rapi di pintu masuk ruangan atau di masukkan dalam plastik di dekat tempat tidur mereka.

Halaman Berikutnya
Halaman:
Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Terkini Lainnya

    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com