Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Istana Mewah Khadafy Dijarah

Kompas.com - 28/02/2011, 16:20 WIB

TRIPOLI, KOMPAS.com — Mewah, mahal, dan tak punya selera, itulah apa yang Anda dapat dari sarang Kolonel Khadafy, penguasa tiran Lybia. Seminggu setelah para pengawal diktator itu terbirit-birit dari sebuah istana mewah di puncak bukit, warga Libya dengan sukacita menggasak tempat tersebut. Namun, tempat peristirahatan musim panas penguasa lalim yang dibenci itu masih menyisakan kemegahan yang menawarkan pemandangan menarik.

Meringkuk di perbukitan di Al-Bayda, di utara Benghazi, vila itu sempurna bagi Khadafy yang pemarah untuk bersantai. Vila dengan 40 kamar itu dilengkapi kolam renang dan taman-taman.   Namun, kisah sesungguhnya tentang diktator yang paranoid bisa ditemukan di dalam bungker nuklirnya, yang terkubur jauh di dalam perut bukit di bawah istana tersebut. Setelah turun melalui serangkain anak tangga yang panjang dan melalui tidak kurang dari tiga pintu anti-ledakan setebal sembilan inci, terdapat sebuah labirin terowongan bawah tanah yang luas dan kuat, serta sejumlah kamar tidur dan gua-gua penuh peralatan.

Ketakutan yang menyelimuti lingkaran dalam Khadafy jelas dari kenyataan bahwa bungker itu memiliki segala yang dibutuhkan untuk mempertahankan hidup selama beberapa bulan meski terputus dari dunia luar. Harian Inggris Dailymail, Senin (28/2/2011), melaporkan, bahkan dalam keadaan darurat, penguasa lalim berusia 69 tahun itu jelas tidak sudi untuk berkubang kekumuhan di bawah tanah. Dalam satu ruangan terdapat meja pijat empuk di mana ia bisa bersantai, dengan para bantuannya, mungkin, perawat Ukraina-nya atau salah satu dari 40 perempuan penjaga keamanannya.

Di tempat lain, penguasa gila eksentrik itu bahkan memiliki tombol khusus yang dipasang di dinding di samping toilet—untuk memanggil seorang pelayan. Ada juga tombol yang diposisikan dalam jangkauan siapa pun yang duduk di WC di kamar tidur utama. Tidak jelas untuk apa ada perlengkapan seperti itu.

Di sepanjang lorong-lorong dan serangkaian pintu, bungker itu berisi sistem pendukung kehidupan canggih dengan pembangkit listrik dan sistem penyaringan udara yang terlihat dirancang untuk memasok udara segar dalam hal terjadi serangan senjata kimia. Mesin-mesin itu berlogo perusahaan rekayasa Barat, termasuk Dwyer dari Amerika Serikat dan Luwa dari Swiss. Sejumlah label tertera di panel kontrol yang menunjukkan bahwa alat-alat tersebut diuji secara rutin dan barusan saja oleh para insinyur Barat, yang menulis dalam bahasa Inggris hal-hal seperti: "14 Jan 2011, Uji Coba OK".

Dailymail melaporkan, bungker bawah tanah itu memiliki tujuh kamar tidur, tiga di antaranya kamar suite, dan sebuah dapur besar, ditambah jaringan lorong-lorong dan lubang-lubang kecil yang akhirnya mengarah ke poros untuk melarikan diri ke pedesaan sekitar.

Kawasan yang mengelilingi istana musim panas Khadafy yang punya panorama ke arah laut itu berupa bukit-bukit yang mengingatkan orang pada pedesaan Inggris, dengan pohon-pohon, pagar, dan padang rumput. Suasananya sunyi, hanya ada suara angin dan kicauan burung.

Para penjarah telah dengan penuh semangat menggeledah setiap kamar dan membakar gedung itu, tetapi masih tersisa ornamen-ornamen  mencolok berukir emas dan bingkai-bingkai foto dari kayu. Perapian besar diapit oleh kolom tinggi yang dihiasi dengan daun-emas tanaman merambat ivy. Mewah? Mungkin ya, tetapi stylish pasti tidak.

Kemarin, warga Libya yang penasaran mendatangi puing-puing pemborosan Khadafy itu. Abdul Karim (22), seorang mahasiswa, berkata, "Bayangkan jika dia menghabiskan jumlah uang yang sama untuk rakyat untuk membangun rumah-rumah dan sekolah-sekolah. Itu yang membuat saya begitu marah melihat ini, ketika begitu banyak orang baik bahkan tidak memiliki rumah yang layak." Dia menambahkan, "Tampaknya orang-orang pertama yang datang ke sini menemukan dua juta dinar (sekitar 1,4 juta poundsterling) uang tunai, dan banyak potongan emas."

Taha Arabia, seorang insinyur berumur 58 tahun, hampir meneteskan air mata. Dia berkata, "Saya tidak bisa percaya bahwa saya berdiri di sini untuk melihat ini. Tidak seorang pun pernah bisa mendekat ke sini, tidak terbayangkan di dalamnya. Ia tinggal dalam kemewahan sementara rakyatnya tinggal di selokan. Kami tak punya apa-apa."

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Terkini Lainnya

    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com