Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Tumbal Revolusi Libya Sudah 173 Nyawa

Kompas.com - 21/02/2011, 03:57 WIB

LONDON, KOMPAS.com - Sedikitnya 173 orang tewas sebagai "tumbal revolusi" demi menyungkurkan Presiden Libya, Moammer Khadafi, sejak Selasa (15/2/2011) lalu.

"Ada 173 orang yang tewas," kata juru bicara Human Rights Watch (HRW), Tom Porteous, Minggu (20/2/2011). Menurut Porteous, angka tersebut berdasarkan atas laporan sumber-sumber rumah sakit di Libya timur, Benghazi dan tiga tempat lain. "Angka itu belum lengkap dan juga ada banyak orang yang terluka," katanya.

"Menurut sumber-sumber medis di Libya, luka-luka korban menunjukkan penggunaan senjata berat terhadap demonstran," kata Porteous.

Sementara itu, protes anti-pemerintah terus berlangsung hingga Minggu dan semakin mendekati ibukota Libya, dan bentrokan baru terjadi di kota bergolak Benghazi.

Prancis menyebut tindakan pemerintah Libya tidak bisa diterima sama sekali, dan demonstran di London dan Kairo memprotes Moamer Kadhafi yang telah berkuasa di Libya selama empat dasawarsa.

Sejumlah saksi mengatakan melalui telepon, pasukan keamanan Libya bentrok dengan pemrotes di kota pesisir Laut Tengah, Misrata, 200 kilometer dari Tripoli.

Demonstran di wilayah itu turun ke jalan untuk mendukung penduduk kota kedua Libya, Benghazi, 1.000 kilometer sebelah timur Tripoli yang telah mengalami dampak operasi penumpasan protes oleh pasukan keamanan di Libya timur, kata mereka.

Menurut saksi-saksi itu, pasukan keamanan yang dibantu oleh "tentara bayaran Afrika" melepaskan tembakan ke arah massa secara membabi buta. Di Benghazi protes menentang kekuasaan Kadhafi terus berlangsung di tengah bentrokan-bentorkan baru, kata pengacara Mohammed al-Mughrabi.

Kadhafi (68), pemimpin terlama di dunia Arab, belum memberikan pernyataan umum mengenai penentangan terhadap pemerintahnya. Aktivis pro-demokrasi di sejumlah negara Arab, termasuk Libya, tampaknya terinspirasi oleh pemberontakan di Tunisia dan Mesir yang berhasil menumbangkan pemerintah yang telah berkuasa puluhan tahun.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Terkini Lainnya

    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com