LEOGANE, KOMPAS.com — Istilah rest in peace (RIP, beristirahat dalam damai) seolah tidak berlaku bagi penghuni pemakaman di Haiti. Seperti saudara-saudara mereka yang masih hidup, para almarhum dan almarhumah di Haiti berada dalam kondisi mengenaskan pascagempa berkekuatan 7 skala Richter, yang memorakporandakan negeri itu setahun silam.
Di Leogane, kota terdekat dari episentrum gempa, kompleks-kompleks pemakaman umum turut berantakan dan hampir tidak terurus sampai saat ini. Di seluruh pemakaman terlihat batu-batu nisan yang rusak atau bergeser dari posisinya, memperlihatkan liang lahat di bawahnya yang sebagian sudah kosong. Tulang-tulang tengkorak, patahan tulang rusuk manusia, dan pakaian pembungkus jenazah terlihat berserakan di sana-sini. Peti-peti mati tergeletak begitu saja di liang lahat yang terbuka, terkena hujan, panas matahari, angin, dan dunia yang seharusnya tidak pernah mereka lihat lagi.
Setahun setelah bencana yang menewaskan sekitar 230.000 orang itu melanda, hampir tidak terlihat tanda-tanda pembangunan kembali di Leogane. Warga yang selamat masih tinggal di tenda-tenda, polisi berjaga di pos darurat di atas reruntuhan kantor mereka dulu, dan warga terpaksa berdoa di lantai gereja.
”Saya tidak bahagia dan mereka yang sudah meninggal pun tidak bahagia. Saya berusaha membantu mereka yang sudah mendahului kita,” tutur Pierre Saint Louis (74), seorang warga yang sedang memperbaiki makam ayahnya. (AFP/DHF)
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.