Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Persoalan Sudan Tetap Minyak

Kompas.com - 08/01/2011, 19:59 WIB

KOMPAS.com – Persoalan utama soal rencana pemisahan Sudan Selatan dari saudaranya di utara adalah minyak bumi. Secara implisit, hal ini mengemuka tatkala Presiden Sudan Omar al-Bashir menyatakan pandangannya dalam wawancara dengan televisi Al Jazeera.

Bahkan,  al Bashir memperingatkan Sudan Selatan akan menghadapi ketidakstabilan apabila memilih untuk berpisah. Menurut rencana, rakyat Sudan Selatan memberikan suara dalam referendum  Minggu (9/1/2011) untuk memilih merdeka atau tetap menjadi bagian dari Sudan. Para wartawan di Sudan memperkirakan rakyat di Sudan Selatan sebagian besar akan memilih untuk merdeka.

Referendum ini merupakan bagian dari perjanjian damai tahun 2005 yang mengakhiri perang saudara 20 tahun antara pemerintah Sudan dan gerakan kemerdekaan di selatan.

Presiden Bashir mengatakan juga kalau dia memahami keinginan banyak rakyat Sudan Selatan untuk merdeka, tetapi juga mempertanyakan kemampuan negara baru itu untuk mengatasi persoalan.

Pecah

"Sudan Selatan tidak mempunyai kemampuan untuk menghidupi warganya, atau membentuk suatu negara atau suatu otorita," kata Bashir.

Presiden Bashir memperingatkan bahwa warga Sudan Selatan di utara tidak akan boleh mempunyai kewarganegaraan ganda. Dia juga memperingatkan bahwa apabila Sudan Selatan kelak merebut wilayah Abyei yang kaya minyak, perang bisa pecah.

Sebagai alternatif, Presiden Bashir mengusulkan agar kedua negara bergabung dalam sebuah blok mirip Uni Eropa.

Para analis memperkirkan Presiden Bashir mendapat banyak desakan dari para politisi di utara yang takut bahwa pemisahan Sudan Selatan akan menyebabkan perpecahan di bagian Sudan yang lain.

Sudan terbagi antara wilayah utara yang mayoritas beragama Islam dan berkebangsaan Arab dengan bagian selatan penduduknya etnik Afrika dan umumnya beragama Kristen.

 
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com