Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ini Bukan Sekadar Perang Antar-Korea

Kompas.com - 28/11/2010, 07:35 WIB
Simon Saragih

KOMPAS.com - Ketika kita berbincang-bincang dengan pengamat sejumlah geopolitik asal Jepang, ada sebuah pesan khusus. Pesannya adalah kebangkitan China harus diantisipasi dan diwaspadai. Ah, paling-paling itu ketakutan Jepang sendiri atau ini paling-paling taktik cuci otak ala Jepang.

Seiring dengan berjalannya waktu, pesan ini tidak bisa diabaikan. Walau mungkin tidak akan sepenuhnya benar, sikap berjaga-jaga dan penyusunan strategi adalah sebuah keharusan dalam konteks geopolitik terkini di Asia.

China tidak lagi semata-mata sebagai negara yang maju secara ekonomi, kedua terbesar setelah AS. Sejarah seperti terulang. Kebangkitan ekonomi pernah membuat Jerman dan Jepang menjadi kekuatan militer. Sejarah itu berpihak kepada China dengan kebangkitan ekonomi, yang sekaligus memperlihatkan kebangkitan militer.

Secara verbal, Presiden Hu Jintao dan Perdana Menteri Wen Jiabao selalu menegaskan, China tidak akan menjadi ancaman, tetapi kekuatan damai.

Wang Yuzhu, pengamat masalah internasional di Beijing, juga menegaskan hal itu, seperti dikutip di situs The Australian edisi 27 November. Dia adalah Direktur Kerja Sama Regional di Chinese Academy of Social Sciences, Beijing.

Wang mengatakan, ”China telah disalah mengerti oleh beberapa negara lain dan sebaliknya telah salah pengertian pada semua negara itu.” Dia menegaskan bahwa pemimpin di Asia Timur adalah AS.

Tak semua negara terlena dengan ucapan itu. Akio Kawato, pengamat geopolitik dan Profesor Universitas Waseda, Jepang, sudah memberi pesan seperti itu. Jepang telah merombak sistem pertahanan secara perlahan-lahan dari sekadar berstatus sebagai pasukan bela diri.

Seorang pengamat geopolitik Australia, Hugh White, menulis di Quarterly Essay sebuah artikel berjudul ”Perubahan Kekuatan: Masa Depan Australia antara Washington dan Beijing”, mengantisipasi kebangkitan China dengan status superpower, karena itu Australia harus mulai berpikir ulang tentang posisinya di dunia”.

ASEAN paham

Secara implisit, ASEAN pun tampaknya paham dengan semua itu. Kawasan ini telah merangkul India, Australia, AS, Rusia, dan tentu China. Tujuannya tentu agar ASEAN tidak menjadi subordinat dari salah satu superpower.

Halaman:
Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Terkini Lainnya

    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com