Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kiprah Pesawat Amfibi di Nusantara

Kompas.com - 11/11/2010, 03:16 WIB

Semasa era Hindia Belanda, kepulauan terdepan Nusantara dijangkau dengan pelbagai sarana transportasi, seperti pelayaran terjadwal kapal-kapal uap Koninklijke Paketvaart Maatschappij hingga pesawat-pesawat amfibi yang bisa mendarat di air.

Satuan pesawat amfibi milik Militaire Luchtvaart (Dinas Penerbangan Militer) dan Angkatan Laut Hindia Belanda (Koninklijke Marine) menjangkau pulau-pulau terluar, seperti Kepulauan Mentawai di pesisir barat Pulau Sumatera.

David Mondey dalam buku Axis Aircraft of World War II menulis, Kerajaan Belanda secara khusus memesan pesawat Dornier Do 24 dari Jerman. Sebagian pesawat dibuat berdasarkan lisensi di De Schelde. Schelde merupakan kawasan industri dan galangan kapal yang hingga kini memasok sebagian kebutuhan Angkatan Laut Republik Indonesia.

Dornier 24 mengusung tiga mesin dan didesain untuk dioperasikan di Hindia Belanda pada tahun 1935. Dornier 24 menggantikan peran pesawat amfibi Dornier Wals.

Semula dipesan 48 unit pesawat Do 24. Sebanyak 25 pesawat diserahkan kepada Kerajaan Belanda dan dikirim ke Nusantara. Perang Dunia II keburu pecah di Eropa, Belanda pun diduduki Jerman. Sebanyak 11 Dornier 24 yang sedang dibangun di Schelde itu pun disita pihak Nazi.

Legenda Catalina

Selain Do 24, semasa penjajahan hingga tahun 1980-an turut dioperasikan pula pesawat amfibi legendaris buatan Amerika Serikat, yaitu Consolidated PBY Catalina. David Mondey dalam buku American Aircraft of World War II mencatat, PBY Catalina adalah pesawat amfibi dengan populasi terbanyak di dunia. Diperkirakan lebih dari 4.000 unit Catalina dibuat di sejumlah negara.

Catalina memiliki jasa besar dalam Perang Pasifik. Catalina bersama Dornier 24 menjalankan peran penting sebagai pesawat intai, evakuasi, dan menurunkan bantuan. Tercatat Catalina beroperasi di danau di sekitar Pangalengan dan Situ Bagendit di Jawa Barat menjelang jatuhnya Pulau Jawa.

Steve McCormack dalam buku You Will Die in Singapore menulis betapa dia dan para pelarian dari pertempuran Singapura yang terapung-apung di Selat Malaka diselamatkan pesawat amfibi Hindia Belanda. Pesawat-pesawat amfibi digunakan untuk mengevakuasi warga dari pelbagai tempat.

Sejarawan Didi Kwartanada mencatat, tokoh nasional yang dibuang di Banda Neira juga diungsikan Hindia Belanda dengan pesawat amfibi.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com