Setelah 17 hari tidak berhubungan dengan dunia luar, sejak 5 Agustus, akhirnya diperoleh kepastian bahwa 33 petambang itu masih hidup. Ini melegakan bagi Pinera. Dia berjanji tidak akan meninggalkan mereka.
Pada 6 Agustus, jauh sebelum ada titik cerah penyelamatan, Pinera pun sudah menyatakan akan melakukan segala sesuatu yang bisa dilakukan manusia. Pinera melakukannya dengan alasan dia memiliki mimpi dan melihat cahaya. Impian ini tak mulus. Pada 7 Agustus, longsor baru menutupi terowongan. Penyelamatan lewat ruang ventilasi di terowongan tambang tembaga dan emas itu pun tak mungkin dilakukan.
Pada 12 Agustus, Menteri Pertambangan Laurence Golborne menakut-nakuti. Dia mengatakan, kesempatan menemukan petambang hidup-hidup tipis. Namun, karena dorongan Pinera, pembuatan terowongan baru terus dilakukan agar bisa menjangkau petambang.
Pada hari ke-18, lubang tembus. Ini membuat para petambang bisa berkomunikasi dan menyatakan bahwa mereka sehat-sehat saja. Namun, lagi-lagi muncul ucapan dari para
Keadaan berubah pada 23 Agustus. Para petambang memohon agar diselamatkan lebih cepat. Pinera mendengar. Karena perintahnya, para jaksa Cile juga memaksa perusahaan mencairkan rekening petambang agar gaji mereka bisa diterima keluarga.
Pinera tidak sekadar berjanji, tetapi dia juga menepati janji itu. Semua petambang yang terjebak akhirnya selamat.
Sikap Pinera yang penuh empati dan tidak meninggalkan warganya yang sedang kesulitan menjadi inspirasi di mana-mana. Pinera membatalkan kunjungan ke Eropa demi mengikuti perkembangan nasib para petambang.
Di tengah kemelut itu, dia juga langsung minta bantuan National Aeronautics and Space Administration (NASA) yang berpengalaman soal cara bersikap dan bertindak dalam keterbatasan ruang. Perusahaan tambang milik negara dan swasta yang lebih kaya pun dikerahkan untuk mendanai operasi penyelamatan yang menghabiskan 20 juta dollar AS atau sekitar Rp 19 miliar itu.