Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mereka Selamat karena Makan Tuna dan Susu

Kompas.com - 14/10/2010, 08:46 WIB

KOMPAS.com — Mengagumkan sekaligus mengharukan! Itulah kesan yang muncul ketika jutaan umat manusia di bumi melihat siaran langsung upaya penyelamatan 33 pekerja tambang di area tambang San Jose, Cile. Mereka sudah terjebak di perut bumi lebih dari dua bulan. Bagaimana mereka mendapat pasokan pangan?

Beberapa hari sejak terperangkap pada tanggal 5 Agustus lalu, para pekerja masih mempunyai cadangan pangan berupa ikan tuna, susu, dan juga biskuit yang masih tersimpan di ruang bawah tanah itu. Air dilaporkan terdapat di tempat itu. Ruangan atau kabin tersebut sangat memadai untuk 33 pekerja.

Hal yang sangat mengagumkan, para pekerja tak berebut makanan. Mereka disiplin untuk mengatur makanan. Sergio Aguila, seorang dokter yang menjadi anggota tim penyelamat, seperti dikutip harian Inggris, The Guardian, mengatakan, para pekerja tambang hati-hati mengatur jatah pangan.

”Setiap pekerja mendapat jatah dua sendok tuna, susu, dan biskuit setiap 48 jam,” kata Sergio. Penjatahan ini terpaksa dilakukan karena pasokan pangan dari permukaan belum datang.

Guru Besar Teknologi Pangan Fakultas Teknologi Pertanian UGM Profesor Sri Rahardjo mengatakan, salah satu faktor yang turut membuat para pekerja bisa selamat adalah kandungan gizi dalam makanan yang tersimpan baik. ”Makanan itu tidak hanya mengandung protein, tetapi juga zat-zat lain. Di dalam susu dan tuna ada protein dan zat-zat lain yang berfungsi sebagai antioksidan untuk melawan radikal bebas di tubuh,” katanya.

Bahan-bahan seperti itu sangat diperlukan pada kondisi yang penuh stres. Sangat bisa dipahami, para pekerja tambang itu pasti mengalami tekanan mental yang sangat kuat di tengah ketidakpastian upaya penyelamatan. Saat tubuh mengalami stres oksidatif akibat kelelahan mental, stamina tubuh akan terbantu bila ada asupan makanan berupa protein dan senyawa antioksidan.

Situasi mental dan kesehatan pekerja mulai terbantu ketika komunikasi antara mereka yang ada di perut bumi dan tim penyelamat di permukaan bumi bisa dibangun pada pertengahan Agustus lalu. Sistem ini terbangun ketika para ahli mampu membuat lubang dengan diameter 8 cm antara ruangan itu dan permukaan bumi. Saat komunikasi terbangun, para pekerja mengabarkan bahwa mereka mulai kelaparan. Hampir semua pekerja mulai merasa lapar, kecuali satu orang. Melalui lubang itu, tim penyelamat mulai mengirim pangan, air, dan oksigen pada 24 Agustus.

Kapsul Palomas

Sebelum membuat kapsul Phoenix yang digunakan untuk menyelamatkan pekerja, tim penyelamat telah lebih dulu membuat kapsul bernama Palomas (merpati). Lewat Palomas, dikirimlah paket pertama yang berukuran lebih dari 1,5 meter berisi tablet rehidrasi dan glukosa dengan kandungan energi tinggi. Tablet rehidrasi digunakan untuk mengembalikan kesetimbangan air di dalam tubuh.

Pada tahap berikutnya, tim penyelamat mengirim pangan dengan kandungan energi dan protein tinggi. Paket ini biasa didesain untuk kebutuhan pangan astronot dan diharapkan membatu pekerja tambang untuk mengembalikan sistem pencernaan. Pemulihan sistem pencernaan ini amat perlu.

Halaman Berikutnya
Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com