Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Duch, Kepala Penjara Khmer Merah, Divonis

Kompas.com - 27/07/2010, 03:15 WIB

Phnom Penh, Senin - Mahkamah dukungan PBB menjatuhkan hukuman 35 tahun penjara pada komandan senior Khmer Marah, Kaing Guek Eav (67) di Phnom Penh, Senin (26/7). Duch, julukan untuknya, dianggap bersalah karena terlibat dalam kasus ”Ladang Pembantaian” pada akhir 1970-an.

Namun, Duch hanya akan menjalani 19 tahun hukuman penjara. Pengadilan mengurangi masa hukuman 16 tahun dengan memperhitungkan waktu yang telah dia habiskan di penjara dan faktor-faktor lain.

Hukuman yang harus dijalaninya kurang dari maksimal 40 tahun yang diminta pihak jaksa atau hukuman seumur hidup yang dituntut banyak orang. Mantan guru sekolah itu mengakui telah mengawasi penyiksaan dan pembunuhan atas lebih dari 14.000 orang. Dia mengatakan, hanya menjalankan perintah.

”Kami berharap mahkamah menghukum keras. Akan tetapi, kalau Anda membunuh 14.000 orang dan hanya menjalani hukuman selama 19 tahun, artinya hanya 11 jam untuk satu nyawa yang tewas ... itu adalah sebuah lelucon,” kata Theary Seng, seorang warga Kamboja, seorang pengacara, dan juga kehilangan ayahnya di penjara Tuol Sleng yang dikelola Duch. ”Perasaan saya, vonis itu membuat situasi jadi jauh lebih buruk bagi Kamboja,” katanya.

Duch tidak memperlihatkan emosi saat putusan dibacakan. Sebagian orang Kamboja menangis keras di ruang sidang saat putusan itu diumumkan. Komandan senior Khmer Merah itu dinyatakan bersalah melakukan pembunuhan, penyiksaan, pemerkosaan, tindakan tak berperikemanusiaan, kejahatan terhadap kemanusiaan, dan lainnya. Dia mengelola Tuol Sleng, sekolah yang diubah menjadi penjara atau disebut S-21. Seperlima dari penduduk atau total 1,7 juta jiwa tewas semasa rezim Khmer Merah periode 1975-1979.

Hukuman diringankan

Ribuan orang menonton via televisi untuk menyaksikan siaran langsung putusan pertama mahkamah gabungan Kamboja-PBB. Mahkamah itu dibentuk untuk mengakhiri puluhan tahun kebisuan tentang kekejaman Khmer Merah. ”Tidak ada keadilan. Saya menginginkan penjara seumur hidup untuk Duch,” kata Hong Sovath (47) tersedu-sedu. Ayahnya, seorang diplomat, tewas di penjara itu.

Mahkamah meringankan hukuman karena beberapa alasan, termasuk penyesalan dan kesediaan Duch bekerja sama dengan pengadilan dan tekanan di bawah Khmer Merah. Selama 77 hari masa sidang, Duch mengakui memimpin Tuol Sleng, pusat penahanan sangat rahasia untuk ”musuh-musuh” terburuk negara.

Bentuk penyiksaan untuk mendapatkan pengakuan, antara lain, berupa pencabutan kuku dan kejutan listrik pada tahanan.

Pemimpin tertinggi Khmer Merah, Pol Pot, meninggal tahun 1998. Empat pemimpin senior Khmer Merah menanti sidang. Duch tidak termasuk klik penguasa, tetapi satu-satunya tokoh penting rezim yang menyatakan penyesalan. Dia pernah menawarkan diri untuk menjalani hukuman rajam. Namun, permintaannya cukup mengejutkan pada hari terakhir sidang dengan memohonkan pembebasan.

Tidak jelas kapan empat pemimpin Khmer Merah diadili. Kasus-kasus mantan Presiden Khieu Samphan, ”Saudara Nomor Dua” Nuon Chea, mantan Menlu Ieng Sary, dan istrinya Ieng Thirith sangat rumit dan dipolitisasi. Banyak yang mengkhawatirkan kasus itu tidak akan pernah disidang atau mereka akan meninggal sebelum disidang. (AP/Reuters/AFP/DI)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com