Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Vuvuzela Berkah buat China

Kompas.com - 18/06/2010, 18:06 WIB

BEIJING, KOMPAS.com — Banyak pemain sepak bola yang mengeluhkan gangguan suara vuvuzela. Alat musik khas Afrika Selatan yang terus-terusan dibunyikan selama pertandingan itu terdengar seperti dengungan lebah yang memekakkan telinga. Meski demikian, popularitas vuvuzela selama Piala Dunia 2010 menjadi berkah tersendiri buat China meski negara tersebut tak ikut lolos dalam ajang kompetisi sepak bola terakbar itu.

Vuvuzela yang kini hadir dalam bentuk modern, terbuat dari plastik, ternyata banyak dibuat oleh pabrik-pabrik di China. Tingginya permintaan vuvuzela selama Piala Dunia 2010 tentu merupakan tambang emas bagi dunia usaha di Negeri Tirai Bambu tersebut. Penjualan terompet plastik tersebut meningkat pesat. Pabrik-pabrik berjuang keras untuk memenuhi permintaan dari sleuruh dunia.

Media lokal China, the Global Times, mengatakan, hampir 90 persen vuvuzela yang dijual di Afrika Selatan saat ini diproduksi di China. Salah satu perusahaan, the Jiying Plastic Product Corp, yang bermarkas di Provinsi Zhejiang, menjual lebih dari satu juta terompet plastik tersebut dalam empat bulan pertama tahun ini, terutama ke Afrika Selatan. "Kami berencana memproduksi 300.000 sampai 500.000 buah lagi sampai berakhirnya Piala Dunia," kata Wu Yijun, general manager perusahaan tersebut.

Perusahaan tersebut memproduksi 37 jenis vuvuzela dengan harga sekitar dua yuan (di bawah Rp 3.000) per terompet. "Mulai Mei, kami menerima pesanan sekitar 150.000 vuvuzela. Sebelum itu, semua vuvuzela yang kami produksi untuk ekspor," kata Wu. "Kegemparan Piala Dunia itu akibat bisnis kami, dan kami harap pendapatan akan melonjak lebih dari 100 persen tahun ini dari tahun sebelumnya," tambahnya.

Menurut Huicong Plastic, sebuah laman China yang menyediakan berita tentang industri plastik, pabrik-pabrik di pusat pembuatan mainan Chenghai di Provinsi Guangdong telah memproduksi beberapa juta vuvuzela. Pabrik-pabrik mainan Chenghai, seperti dikutip, mengatakan bahwa para buruh pabrik diminta untuk kerja lembur guna memenuhi permintaan vuvuzela selama Piala Dunia.

"Kami harap bahwa bahkan setelah berakhirnya Piala Dunia, Afrika Selatan masih memerlukan vuvuzela dan negara lainnya juga akan menambah pesanan vuvuzela," kata laporan itu.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Terkini Lainnya

    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com