Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Jepang Desak Sri Lanka Transparan

Kompas.com - 17/06/2010, 04:01 WIB

KOLOMBO, KOMPAS.com - Seorang utusan Jepang yang berkunjung ke Sri Lanka menyatakan, Rabu (16/6/2010), pemerintah Kolombo harus menjamin proses yang adil dan terbuka dalam mengatasi masalah minoritas Tamil setelah perang saudara berakhir tahun lalu.        Yasushi Akashi, yang negaranya merupakan penyumbang terbesar bagi Sri Lanka, mengatakan, sebuah komisi rekonsiliasi yang akan dibentuk harus "transparan dan bisa dipahami" jika itu dimaksudkan untuk mencapai kemakmuran negara itu.        Pasukan pemerintah mengalahkan separatis Macan Tamil pada Mei tahun lalu, namun Sri Lanka tetap dilanda perbedaan pendapat setelah konflik puluhan tahun itu. "Kami mengawasi bagaimana komisi rekonsiliasi itu akan bekerja," kata Akashi kepada wartawan di Kolombo ketika ditanya mengenai seruan internasional bagi penyelidikan independen atas tahap akhir perang tersebut.        Sri Lanka membantah warga sipil terbunuh selama ofensif pasukannya yang berhasil mengakhiri konflik itu. Namun, PBB memperkirakan sedikitnya 7.000 warga sipil Tamil tewas dalam konflik empat bulan tahun lalu antara pasukan pemerintah dan pemberontak Macan Tamil.        "Kami menolak tegas penyelidikan internasional," kata Menteri Luar Negeri Sri Lanka Gamini Lakshman Peiris pada jumpa pers bersama Akashi.        "Kami berharap komisi rekonsiliasi kami akan mengatasi semua masalah terkait dengan konflik itu sebagai bagian dari proses pemulihan kami," tambahnya.        Akashi menyatakan telah mengajukan wacana melibatkan PBB dalam proses rekonsiliasi di Sri Lanka kepada Peiris.        Kunjungan utusan Jepang itu bertepatan waktunya dengan lawatan ke Sri Lanka oleh dua penasihat Presiden AS Barack Obama dan utusan tinggi PBB Lynn Pascoe.        Pemerintah Sri Lanka pada 18 Mei 2009 mengumumkan berakhirnya konflik puluhan tahun dengan Macan Tamil setelah pasukan menumpas sisa-sisa kekuatan pemberontak tersebut dan membunuh pemimpin mereka, Velupillai Prabhakaran.        Pernyataan Kolombo itu menandai berakhirnya salah satu konflik etnik paling lama dan brutal di Asia yang menewaskan puluhan ribu orang dalam berbagai pertempuran, serangan bunuh diri, pemboman dan pembunuhan.        Macan Pembebasan Tamil Eelam (LTTE) juga telah mengakui bahwa Velupillai Prabhakaran tewas dalam serangan pasukan pemerintah Sri Lanka. Juga dinyatakan tewas dalam operasi final militer adalah dua deputi Prabhakaran -- pemimpin Macan Laut Kolonel Soosai dan kepala intelijen LTTE Pottu Amman.        Tokoh penting lain Macan Tamil yang juga tewas adalah putra Prabhakaran dan calon penggantinya, Charles Anthony (24), pemimpin sayap politik B. Nadesan dan pemimpin Sekretariat Perdamaian LTTE yang sudah tidak berfungsi lagi, S. Pulideevan.        Presiden Sri Lanka Mahinda Rajapakse telah beberapa kali mendesak pemberontak Macan Tamil menyerah untuk menghindari pembasmian total. Rajapakse, yang juga panglima tertinggi angkatan bersenjata, juga menolak seruan-seruan bagi gencatan senjata dan menekankan bahwa Macan Tamil harus meletakkan senjata dan mengizinkan warga sipil keluar dari daerah-daerah yang masih mereka kuasai.        Pertempuran antara pasukan pemerintah dan pemberontak LTTE meningkat sejak pemerintah secara resmi menarik diri dari gencatan senjata enam tahun pada Januari 2008.        Pembuktian independen mengenai klaim-klaim jumlah korban mustahil dilakukan karena pemerintah Kolombo melarang wartawan pergi ke zona-zona pertempuran.        PBB memperkirakan, lebih dari 100.000 orang tewas dalam konflik separatis Tamil setelah pemberontak Macan Tamil muncul pada 1972.        Sekitar 15.000 pemberontak Tamil memerangi pemerintah Sri Lanka dalam konflik etnik itu dalam upaya mendirikan sebuah negara Tamil merdeka.        Masyarakat Tamil mencapai sekitar 18 persen dari penduduk Sri Lanka yang berjumlah 19,2 juta orang dan mereka terpusat di provinsi-provinsi utara dan timur yang dikuasai pemberontak. Mayoritas penduduk Sri Lanka adalah warga Sinhala.

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com