dubai, jumat
Kehadirannya pada pertemuan para pemimpin Arab dan Turki dalam Forum Ekonomi Turki-Arab di Istanbul, Kamis (10/6), mendapat sambutan sangat hangat.
PM Turki itu berpidato keras di forum, mempertanyakan dominasi internasional AS dan dukungan tanpa syaratnya terhadap Israel. ”Apakah kita akan tetap diam atas tewasnya sembilan orang? Kita tidak bisa menutup mata terhadap kejahatan di perairan internasional ini. Ini tidak boleh terus terjadi,” tegas Erdogan.
Pidato PM Turki itu juga memukul kebijakan luar negeri AS. ”Persenjataan, embargo-embargo, dan pengucilan tidak membuahkan hasil,” tegasnya sambil menambahkan bahwa dunia telah membayar mahal atas strategi-strategi yang diterapkan AS di Iran dan Afganistan.
”Jika Anda menginginkan, Erdogan adalah seorang Nasser baru, menyampaikan independensi Timur Tengah dari adidaya-adidaya Barat,” tambahnya, mengacu pada mantan Presiden Mesir yang sangat disegani, Gamal Abdel Nasser.
Hady Amr, Direktur Brookings Institution, mengungkapkan, tindakan Erdogan menarik duta besarnya dari Israel, membatalkan seluruh latihan bersama militer dengan Israel, dan mendukung armada kapal misi kemanusiaan ke Gaza merupakan pendekatan yang berbeda. ”Jelas sekali hal itu membuat Erdogan terkemuka di dunia Arab,” kata Hady.
Hubungan Turki-Israel yang sebelumnya berteman baik mulai berubah ketika Israel melakukan penyerbuan ke Gaza dan kemudian memberlakukan blokade terhadap wilayah Palestina yang dikuasai Hamas itu.
Serbuan pasukan komando Israel ke kapal kemanusiaan Turki Mavi Marmara, sehingga menewaskan sedikitnya sembilan warga Turki, membuat hubungan kedua negara mencapai titik
Pada sebuah pawai massa di Beirut, ribuan warga Lebanon mengibarkan bendera Turki. ”Ya Allah yang Maha Pengampun, lindungi Erdogan untuk kami,” teriak para peserta pawai itu.
Di Mesir, seorang pembaca surat kabar independen al-Masry al Youm menyebut Erdogan sebagai ”Khalifah Kaum Muslim”.