Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

23.000 Senjata Nuklir Siap Meledak

Kompas.com - 09/04/2010, 04:08 WIB

Jakarta, kompasMasih terdapat sekitar 23.000 senjata nuklir aktif di dunia saat ini, dan sebagian besar dalam posisi siaga tinggi untuk diledakkan. Dampaknya bisa lebih buruk dari bom yang pernah meledakkan Nagasaki dan Hiroshima. Oleh karena itu, menghilangkan ancaman nuklir adalah satu keharusan, bukan pilihan, dengan terus-menerus menekan negara yang menjalankan program nuklir agar segera melucutinya.

Gareth Evans, salah satu Ketua Komisi Internasional Nonproliferasi dan Perlucutan Senjata Nuklir, mengungkapkan hal itu kepada Kompas, Rabu (7/4) siang di Jakarta. ”Perlucutan senjata nuklir dilakukan dalam dua tahap, yakni melalui proses ’minimalisasi’ dan ’penghapusan’ secara tegas,” kata Evans, mantan Menteri Luar Negeri Australia.

Evans mengaku, belakangan ini dia sibuk bepergian ke berbagai negara untuk mengampanyekan dan mempromosikan mendesaknya usaha menghilangkan ancaman senjata nuklir itu. Salah satu negara yang diandalkannya adalah Indonesia, sebuah negara yang dinilai memiliki pengaruh besar di dunia internasional karena peran Indonesia di forum G-20 dan GNB.

Menurut dia, tahap minimalisasi (minimization) harus dicapai paling lambat tahun 2025 dan tahap penghapusan (elimination) dilakukan sesegera mungkin sesudahnya. Agenda kerjanya terbagi dalam jangka pendek, menengah, dan jangka panjang, yang tindakannya harus mencerminkan tujuan-tujuan tersebut.

Jangka pendek dan menengah harus fokus pada upaya mencapai delegitimasi umum terhadap senjata nuklir dan mewujudkannya secepat mungkin, paling lambat tahun 2025. Titik minimalisasi ditandai dengan semakin kecilnya jumlah senjata nuklir, yakni tersisa kurang dari 2.000 hulu ledak, dan hanya 10 persen yang masih tersisa di gudang senjata.

Sudah setahun berlalu, sejak April 2009, ketika Presiden Barack Obama berpidato di Praha mengenai keharusan melakukan segera perlucutan senjata nuklir demi perdamaian. Namun, Iran dan Korea Utara tetap bersikeras melanjutkan program nuklir mereka.

Menurut Evans, ada perbedaan situasi yang signifikan di dua negara itu. Iran masih mengikuti perjanjian nonproliferasi nuklir (NPT), sedangkan Korut sudah keluar. Negosiasi dengan Korut belum memuaskan dan cukup sulit. Namun, komisi menilai hal itu tidak identik dengan gagal. Pyongyang tetap di bawah tekanan besar China, AS, Korsel, Jepang, dan Rusia.

Evans menjelaskan, pada Mei 2010 akan ada konferensi nuklir untuk meninjau arsitektur kunci pertahanan dunia terhadap penyebaran senjata nuklir sesuai NPT. Komisi akan mendorong identifikasi rencana aksi jangka pendek, menengah, dan panjang. Tugas pertama: menguraikan semua langkah yang dapat dan harus diambil dalam jangka pendek, sekitar tahun 2012.

Dia mengatakan, harus ada larangan produksi bahan misil lebih lanjut untuk tujuan pembuatan senjata nuklir. Harus tercapai pula pengurangan yang signifikan dalam jumlah senjata dan tercapainya konsensus yang luas mengenai program masa depan perundingan perlucutan senjata. (CAL)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com