BAGHDAD, KOMPAS.com - Irak dan Iran pekan depan akan melakukan pertemuan untuk membahas secara resmi sengketa perbatasan mereka, kata Menteri Luar Negeri Iran, Manouchehr Mottaki, Kamis (7/1/2010), setelah terjadi ketegangan.
"Akan ada pertemuan sepekan antara kedua negara mengenai perbatasan," kata Mottaki dalam konperensi pers di kementerian luar negeri, di Baghdad pusat, saat melakukan kunjungan sehari ke Irak.
Dia mengatakan, bahwa dalam beberapa pekan mendatang, pertemuan-pertemuan itu akan dihadiri antara komite-komite teknik dari kedua negara, untuk menetapkan pemisahan batas maritim dan darat dari kedua negara.
Pada 18 Desember, perusahaan minyak milik negara Irak, South Oil Co. mengatakan, sekitar selusin tentara dan teknisi Iran telah tiba di ladang minyak Fauqa, untuk mengontrol Sumur 4 dan mengibarkan bendera Iran. Mereka kemudian menarik diri beberapa hari kemudian.
Pengambilalihan merupakan salah satu insiden yang paling serius antara kedua negara bertetangga itu, sejak serangan yang dipimpin Amerika Serikat 2003, menggulingkan diktator yang kemudian dieksekusi Saddam Hussein, yang berperang melawan Iran pada 1980-1988.
Menteri Luar Negeri Irak, Hoshyar Zebari, mengatakan kepada para anggota parlemen bulan lalu, bahwa Iran telah melanggar perbatasan Irak sejak 2006.
Kedua negara memiliki perbatasan bersama sepanjang 1.458 kilomter.