Kritik tersebut dilontarkan Wakil Kepala Staf untuk Intelijen di Afganistan Mayor Jenderal Michael Flynn dalam sebuah laporan, Senin (4/1). Laporan setebal 26 halaman itu dibuat untuk lembaga pemikir Center for a New American Security di Washington. ”Pejabat dan analis intelijen AS tidak banyak berbuat selain angkat bahu untuk merespons pengambil keputusan level tinggi yang mencari pengetahuan, analisis, dan informasi yang mereka perlukan untuk melakukan perlawanan pemberontakan yang sukses,” kata Flynn. Flynn, dan dua penasihat intelijen lain, menyebutkan, karena AS lebih banyak fokus pada upaya pengumpulan dan analisis soal kelompok bersenjata, jaringan intelijen tidak mampu menjawab pertanyaan fundamental tentang situasi di mana pasukan AS dan sekutu-sekutunya beroperasi. ”Mereka abai terhadap ekonomi lokal dan tuan tanah, tidak jelas siapa penguasa dan seberapa besar pengaruh mereka, tidak ingin tahu soal korelasi antarproyek pembangunan, dan terlepas dari rakyat guna menemukan jawabannya,” tulis Flynn. Komunitas intelijen AS, lanjut Flynn, memiliki banyak analisis soal Afganistan, tetapi terlalu banyak yang ternyata salah sasaran. Banyak agen intelijen yang melakukan pekerjaan yang salah. Laporan tersebut muncul kurang dari sepekan setelah tewasnya tujuh pegawai CIA dalam serangan bunuh diri di markas mereka di Kamp Chapman di Provinsi Khost, timur Afganistan. Pelaku pengeboman dilaporkan bernama Humam Khalil Abu-Mulal al Balawi (36), seorang dokter asal Zarqa, Jordania, yang ternyata agen ganda kelompok Al Qaeda. Balawi pernah ditangkap intelijen Jordania dua tahun lalu. Dia kemudian direkrut oleh CIA dan intelijen Jordania sebagai agen karena yakin telah berhasil membawa Balawi ke pihak mereka. Dia memiliki tugas khusus untuk melacak orang nomor dua Al Qaeda, Ayman al Zawahiri. Penerobosan keamanan oleh Balawi itu merupakan tamparan besar bagi intelijen AS. Pertanyaan mencuat soal bagaimana pelaku bisa melewati penjagaan ketat di markas CIA tersebut. Surat kabar The Washington Post menyebutkan, Balawi dijemput dengan mobil di luar markas dan dibawa masuk tanpa diperiksa secara teliti. Alasannya, menurut seorang mantan pegawai CIA, adalah untuk mendapat kepercayaan orang-orang seperti Balawi. Saat insiden terjadi, Balawi menelepon perantaranya untuk mengatur pertemuan di Kamp Chapman karena akan menyampaikan informasi penting soal Zawahiri. Begitu dibawa masuk ke dalam markas, Balawi meledakkan diri. CIA menolak berkomentar tentang laporan tersebut.(ap/reuters/bbc/fro)