Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Korban Pembantaian Digergaji dan Dikubur Hidup-hidup

Kompas.com - 10/12/2009, 08:13 WIB

MANILA, KOMPAS.com - Keluarga besar Ampatuan yang sangat berkuasa di Provinsi Maguindanao telah membunuh lebih dari 250 orang selama delapan tahun berkuasa dengan aksi sarat teror. Ketua Komisi Hak Asasi Manusia Filipina Leila de Lima di Manila, Rabu (9/12), menyebutkan, aksi- aksi pembunuhan brutal itu selama ini dibiarkan pemerintahan Presiden Gloria Macapagal- Arroyo karena klan itu merupakan sekutu penting Presiden.

Polisi juga mencurigai sedikitnya 161 orang, termasuk para tentara dan polisi yang loyal terhadap klan Ampatuan. Mereka itu diduga terlibat langsung pada pembantaian 23 November di Maguindanao. Pembantaian itu dilakukan terhadap 57 anggota dan kerabat dari klan Esmael Mangudadatu, pesaing politik klan Ampatuan.

”Semua orang tahu soal pembunuhan itu, tetapi menoleransinya. Kami menginginkan pertanggungjawaban penuh sekarang,” ujar de Lima.

Dikubur hidup-hidup

De Lima menambahkan, para saksi pembunuhan itu berani tampil dan bersuara setelah pembantaian 23 November itu. Mereka menuturkan hal yang begitu mengerikan. Ada dari para korban yang dikubur hidup-hidup dan yang dibunuh dengan gergaji. Bahkan, ada dugaan sebagian dari wanita dalam rombongan itu digagahi lebih dulu.

Arroyo mengakhiri persekutuan setelah klan Ampatuan dituduh mengorganisasi pembantaian, yang dilakukan untuk menghentikan Esmael Mangudadatu mencalonkan diri sebagai gubernur di Filipian selatan pada pemilu Mei 2010.

De Lima menegaskan, persekutuan telah berlangsung lama antara pemerintahan Arroyo dan Ampatuan. Laporan-laporan tentang lawan politik klan Ampatuan yang lenyap di Maguindanao telah beredar selama beberapa tahun. ”Terlalu berbahaya untuk memvalidasi laporan-laporan itu secara dini. Kini kami memetik manfaat dari pengamanan militer dengan turun ke lapangan dan menyelidiki langsung,” ujar De Lima. (AP/AFP/OKI)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com