Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kurang Pekerja, Jepang Rekrut Robot

Kompas.com - 04/09/2009, 08:59 WIB

TOKYO, KOMPAS.com — Jumlah populasi warga Jepang yang sedikit membuat pemerintah setempat memikirkan beragam cara untuk meningkatkannya. Terlebih lagi dari jumlah populasi tersebut, mayoritas adalah mereka yang telah berusia lanjut.

Sebagai langkah awal, pemerintah Jepang meningkatkan tunjangan anak-anak menjadi 25.000 yen (Rp 2,7 juta) per bulan. Iming-iming ini diharapkan bisa mendorong pasangan untuk memiliki banyak anak.

Bila cara tersebut tidak berhasil, ada dua alternatif lain. Membuat robot lebih banyak lagi untuk membantu menyelesaikan pekerjaan atau mendatangkan jutaan pekerja dari negara lain.

Seperti halnya pasangan robot yang dijual di toko milik Arai Sadahiro di Tokyo. Sadahiro memperlihatkan kemampuan yang dimiliki pasangan robot tersebut. Keduanya bisa berbicara dan bernyanyi, laiknya menemani orangtua yang butuh seorang teman. “Memang lebih baik berbincang dengan teman atau kerabat, namun robot juga bukan pilihan yang buruk,” ujar Sadahiro.

Dalam bidang sosial dan medis, robot sudah dipergunakan. Ada robot yang bisa mengangkat pasien dari tempat tidur, atau jika dibutuhkan, robot tersebut bisa berperan sebagai resepsionis ataupun dokter bedah.

Robot-robot tersebut telah dikembangkan para peneliti di Pusat Pengembangan Biologi di Tokyo, bekerja sama dengan Industri Karet Tokai Jepang. Mereka menciptakan robot yang diberi nama Riba (robot for interactive body assistance). Riba dilengkapi dengan sensor, kontrol, proses informasi, dan material yang membuatnya mampu mengangkat dan memindahkan pasien dari tempat tidur ke kursi roda maupun sebaliknya. Beban yang diangkatnya bisa mencapai 67 kg.

Pihak Riken menjelaskan, robot tersebut dilengkapi lengan mirip manusia, yang memiliki sensor dengan presisi tinggi. Tak hanya itu, tubuh robot terbuat dari bahan yang halus sehingga menjamin pasien aman dan nyaman. “Sebagai salah satu strategi pendukung pengembangan teknologi robot yang dipergunakan untuk alat bantu, keberhasilan Riba dipandang bisa mengatasi masalah populasi yang semakin menurun.” Demikian pernyataan resmi yang dikeluarkan pihak Riken. Menurut Riken, kemungkinan besar dalam waktu dekat mereka akan membuat Riba-Riba lainnya yang bakal dilepas ke pasaran.

Pekerja asing

Lalu bagaimana halnya jika mengambil tenaga kerja dari luar negeri? Nyatanya Jepang merupakan negara yang berada di posisi terbawah yang melakukan hal itu. Hanya 2 persen tenaga kerja asing yang ada di sana. Bandingkan dengan Amerika yang mencapai 15 persen atau Inggris sebesar 10 persen.

Imigran terbesar yang datang ke Jepang berasal dari Korea dan China. Banyak di antara mereka yang menjalani tiga tahun training untuk membekali mereka dengan keterampilan baru yang kemudian dibawa pulang. Namun, ada juga beberapa pekerja migran mengatakan, pelatihan tersebut tidak diberikan kepada mereka, mengingat eksploitasi tenaga mereka saja yang dikedepankan.

Seperti seorang pekerja asal China yang merasa terjebak dengan pekerjaan yang dijalaninya saat ini. Sehari-hari ia bekerja sebagai pemetik stroberi tanpa mendapatkan pelatihan sama sekali. Toh, ada juga pekerja asing yang memiliki pengalaman lebih baik, seperti pebisnis asal India, Jagmohan Chandrani, yang tinggal di Jepang lebih dari 30 tahun. Ia menjalankan bisnis impor teh dan sebuah restoran.

Nah, kini pilihan terletak di tangan pemerintah Jepang. Apakah akan memperbanyak robot atau pekerja asing. Dan hal itu harus dilakukan dengan segera. Pihak PBB memperkirakan pertengahan abad nanti akan ada lebih dari sejuta orang Jepang yang berusia di atas 100 tahun. bbc/upi/tis

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com