Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Netanyahu Bersumpah Jerusalem Milik Israel

Kompas.com - 22/05/2009, 10:25 WIB

JERUSALEM, KOMPAS.com — Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu, Kamis (21/5), berikrar bahwa seluruh Jerusalem akan tetap bersatu di bawah kedaulatan Israel, meskipun ratusan orang Arab di Jerusalem timur memprotes pendudukan tersebut.

"Jerusalem yang bersatu adalah ibu kota Israel. Jerusalem sejak dulu milik kita dan akan selalu menjadi milik kita. Itu takkan pernah lagi terpisahkan dan dibagi," kata Netanyahu sebagaimana dikutip harian Haaretz saat upacara kenegaraan yang memperingati Hari Jerusalem, yang diselenggarakan di Ammnunition Hill di Jerusalem timur, demikian dikutip dari Xinhua-OANA.

Perdana Menteri Israel tersebut mengatakan, ia telah mengeluarkan deklarasi yang sama selama kunjungannya ke Washington, tempat ia pada Senin bertemu dengan Presiden AS Barack Obama mengenai proses perdamaian Timur Tengah dan program nuklir Iran.

Hari Jerusalem memperingati penaklukan kota itu selama Perang Enam Hari 1967. Sebelum itu, Jerusalem timur dikuasai Jordania, sementara Israel mengangkangi wilayah baratnya. Tak lama setelah perang tersebut, Israel mencaplok Jerusalem timur.

"Hanya di bawah kedaulatan Israel-lah, Jerusalem yang bersatu menjamin kebebasan beragama dan kebebasan akses ke tiga tempat suci agama langit," kata Netanyahu, tanpa merujuk kepada tuntutan Palestina guna memproklamasikan Jerusalem timur sebagai ibu kota negara yang akan mereka dirikan.

Pidato Netanyahu mengumandangkan pernyataan Presiden Israel Shimon Peres, yang sebelumnya mengatakan pada acara itu bahwa "Israel takkan pernah memiliki ibu kota lain selain Jerusalem, dan Jerusalem takkan pernah menjadi ibu kota bangsa lain".

Sebagai tanggapan atas pernyataan Netanyahu, perunding Palestina Saeb Erekat mengatakan, sikap Perdana Menteri Israel tersebut mengenai Jerusalem adalah kemunduran bagi sasaran penyelesaian dua negara, yang didukung kuat oleh pemerintah Presiden AS Barack Obama. "Netanyahu, dengan mengatakan itu, berarti mengatakan kondisi konflik akan abadi," kata Erekat.

Masih hari Kamis, ratusan orang Arab di Jerusalem timur memprotes peringatan Hari Jerusalem di kota tersebut, demikian laporan surat kabar setempat, The Jerusalem Post. Pengunjuk rasa dengan mengibarkan bendera Pemerintah Nasional Palestina meneriakkan slogan yang mengutuk pendudukan Yahudi.

Peserta unjuk rasa mencerca mitos persatuan kota itu dan mengatakan Israel harus "terbangun dari fantasi mengenai persatuan Jerusalem tersebut". Mereka mengatakan, pencaplokan Jerusalem timur oleh Israel setelah Perang Enam Hari tidak sah.

Pemrotes bernama Inad Muhammad Surhi dari permukiman Jabal Mukaber mengatakan kepada layanan berita lokal, Ynet, "Kami berada di sini untuk mengatakan satu hal: Jerusalem tak pernah bersatu. Lihatlah perbedaan antara Jerusalem barat dan timur, Anda akan melihat tak ada kesamaan di kota itu".

"Kami berada di sini untuk mengatakan bahwa kami ingin Jerusalem menjadi ibu kota dua negara, habis perkara. Hanya saat itulah perdamaian akan terwujud bagi kita berdua," kata Surhi.

Anggota Dewan Kota Jerusalem, Meir Margalit, yang berasal dari partai sayap kiri Meretz, hadir dalam protes itu dan mengatakan, "Saya berada di sini karena saya merasa bahwa ada kebohongan besar yang telah terjadi selama 42 tahun, dan itu disebut persatuan kota ini".

"Seseorang harus memecahkan gelembung ini. Kota ini tidak bersatu; sebaliknya, kota ini lebih terpecah daripada sebelumnya," katanya. Ia menambahkan, Hari Jerusalem bukan hari libur buat semua warga kota tersebut. "Menyebutnya 'Hari Jerusalem', seakan-akan semua warga senang dengan situasi ini, adalah dusta besar. Itu dapat disebut 'Hari Jerusalem buat orang Yahudi'," kata Margalit.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com