Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mahasiswa Unnes Sosialisasi Pemilu di Sunan Kuning

Kompas.com - 05/03/2009, 19:32 WIB

SEMARANG, KAMIS — Mahasiswa Universitas Negeri Semarang (Unnes) menyosialisasikan Pemilu 2009 di kompleks lokalisasi Sunan Kuning, Kelurahan Argorejo, Semarang Barat, Kota Semarang, Jawa Tengah. Masyarakat yang selama ini terpinggirkan juga memiliki hak yang sama dalam pemilu dan berhak mendapat pendidikan politik.

Sosialisasi yang berlangsung pada Kamis (5/3) di gedung sosialisasi Sunan Kuning itu dihadiri sekitar 300 pekerja seks komersial (PSK). Mereka menyimak sosialisasi yang dibawakan oleh anggota Komisi Pemilihan Umum Kota Semarang Siti Prihatiningtyas dan Wakil Presiden Badan Eksekutif Mahasiswa Universitas Negeri Semarang (BEM UNNES) Hastanto Yuwono.

Dalam kesempatan itu, KPU lebih banyak menyampaikan soal teknis pemungutan suara. Terungkap dalam sosialisasi itu masih banyak pemilih yang belum mengerti cara pemberian suara. Sebagian besar masih menganggap pemberian suara dilakukan dengan mencoblos, bukan memberi tanda centang.

Permasalahan yang muncul lewat pertanyaan yang diajukan berkisar masalah teknis. Salah satu peserta, Endang (30), yang berasal dari Ambarawa, misalnya, menanyakan lokasi pemilihan karena dia berasal dari Ambarawa, tetapi juga terdaftar sebagai pemilih di Kota Semarang.

Siti juga menekankan pada peserta untuk memilih calon anggota DPR, DPD, dan DPRD dari partai yang sesuai dengan hati nurani mereka. Jika suka Partai Jeruk, pilihlah Partai Jeruk. Centang nama calonnya, nomor urutnya, atau nama partainya, kata Siti sambil memeragakan pemberian tanda centang di contoh surat suara.

Menurut Siti, inisiatif yang datang dari masyarakat untuk menyosialisasikan pemilu sangat membantu KPU. Siti mengakui, masih banyak pemilih yang belum mengetahui teknis pemungutan suara, terutama kelompok masyarakat yang terpinggirkan dan minim akses informasi.

Hastanto menyerukan, warga miskin, pemulung, pengamen, dan penduduk dengan status sosial rendah, seperti halnya PSK selama ini cenderung diabaikan. Padahal, mereka juga berhak mendapat kesempatan yang sama dalam pemilu.

"Kaum marjinal harus menyadari bagaimana memberikan suara mereka dengan tepat, dengan harapan terbentuk pemerintahan yang mampu menyejahterakan mereka," ujar Hastanto.

Sosialisasi tersebut juga menjadi sarana pendidikan politik bagi para PSK. Hastanto menyebutkan, kaum marjinal tetap harus menjadi pemilih yang cerdas.

Jangan pilih politisi busuk dan bermasalah, jangan kompromi dengan suap dan sogok, dan jangan golput. Pilih sesuai dengan hati nurani, tutur Hastanto.

Ketua Resosialisasi Argorejo Slamet Suwandi mengungkapkan, sosialisasi semacam itu sangat membantu PSK di kompleks tersebut yang sebagian besar belum memahami pelaksanaan pemilu. Mayoritas pemilih yang terdaftar di kompleks itu, menurut Slamet, masih beranggapan bahwa cara pemberian suara masih dengan cara lama, yaitu mencoblos.

Hal itu seperti diungkapkan oleh Zaenab (36), yang baru memahami cara memberi tanda centang setelah sosialisasi. "Tetapi caranya enggak begitu penting, yang penting pemilu bisa bikin hidup kami (rakyat kecil) lebih enak, enggak susah terus," ujarnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com