Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Menemukan Islam di Australia

Kompas.com - 21/02/2009, 17:46 WIB

KATA toleransi begitu mengental sehingga tidak ada keregangan yang nampak dan hampir tidak memperlihatkan perbedaan agama yang ada di antara pemeluknya. Pengalaman ini sangat terasa di antara masyarakat Muslim yang berbaur dengan umat lainnya di Australia, khususnya di Sydney.

Muslim di Australia mengarungi perjalanan sejarah yang panjang dan diperkirakan telah berada di Negeri Kanguru sebelum kedatangan pemukim Eropa. Sebagian pendatang  Australia terdahulu adalah Muslim dari kepulauan Indonesia timur yang membentuk kontak dengan daratan Australia sekitar abad ke 16-17.

Keberadaan para pendatang terdahulu ke Australia ini terlihat dari adanya persamaan antara kata-kata pada bahasa yang digunakan orang Makassar dan penduduk pantai masyarakat Australia. Keberadaan kapal-kapal tradisional Makassar atau 'prau' dan sejumlah artefak Makassar di pemukiman Aborijin yang terletak di wilayah pantai barat dan utara Australia merupakan bukti lain dari warga pendatang yang berasal dari Indonesia.

Seusai Perang Dunia II atau antara 1947 hingga 1971, populasi Muslim di Australia meningkat dari 2.704 menjadi 22.371 jiwa. Data terbaru yang dimiliki pemerintah Australia saat ini menunjukkan umat Muslim di Australia mencapai 375.000 jiwa.

"Sebenarnya saat ini ada sekitar 600.000 - 700.000 umat Muslim di Australia. Namun, karena tidak keharusan bagi warga Australia untuk mencantumkan status agama saat sensus penduduk dilaksanakan setiap 5 tahun sekali maka sebagian besar di antara mereka tidak diketahui pasti jumlahnya,"kata Amin Hady, anggota Komite Penasehat bagi Perdana Menteri Australia untuk Urusan Agama Islam.

Amin Hady yang menjadi ketua Yayasan Studi dan Informasi Islam (FISI) sangat antusias menceritakan keharmonisan hubungan antara umat Muslim dengan pemeluk agama Yahudi dan Nasrani di Australia. Pria asal Salatiga yang telah menjadi warga negara Australia dan mendirikan FISI sejak 1997 itu menjelaskan toleransi antarumat beragama terbentuk di antaranya lewat kontak antartokoh agama yang diadakan 2 bulan sekali di Australia.

Kontak antaragama ini juga diadakan antarpelajar dan mahasiswa di Australia untuk menghilangkan persepsi negatif dari suatu agama. "Tadinya, siswa sekolah sempat berpandangan negatif terhadap kata jihad dan zionis. Tetapi setelah mereka mengikuti kegiatan kontak antaragama di sekolah, pandangan negatif itu mulai terkikis," kata Amin Hadi.

Pria berusia 59 tahun yang memiliki 3 anak ini menerangkan kegiatan kontak antaragama itu juga bisa berupa Youth Camp yang diadakan selama 10 hari dengan mencakup kunjungan ke beberapa rumah ibadah. "Bahkan ada satu sekolah Islam di sini yang kepala sekolahnya orang Yahudi," kata Amin Hadi yang mencoba menggambarkan tidak adanya kerengangan antarumat di Sydney.

Sekolah dan Rumah Ibadah

Jumlah umat Islam di Australia terus menunjukkan peningkatan. Beberapa sekolah Islam seperti di Sydney, misalnya, tidak dapat menampung jumlah murid yang terus bertambah.

Halaman Berikutnya
Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com