Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mahasiswa Asing Australia Jadi Sapi Perah

Kompas.com - 07/02/2008, 14:01 WIB

PERTH, KAMIS - Sektor pendidikan Australia menjadi bisnis jasa terbesar di negeri itu, bahkan menggeser posisi pariwisata sebagai penghasil devisa lebih tinggi.

Namun prestasi ini harus dibayar oleh ratusan ribu mahasiswa asing yang berharap mendapat limpahan ilmu dari para profesor negeri itu. Mereka inilah yang menjadi sapi perah dan objek eksploitasi industri pendidikan Australia.

Kesimpulan itu adalah hasil studi tim Universitas Monash dan Universitas Melbourne terhadap 200 orang responden mahasiswa asing di sembilan universitas di seluruh Australia. Hasil studi itu dilaporkan suratkabar The Australian dalam suplemen pendidikan tingginya hari Rabu (7/2).
        
Hasil riset ini juga mendapati lebih dari dua pertiga responden mengakui bahwa mereka harus bekerja untuk bisa bertahan secara finansial namun sekitar 60 persennya mengaku dibayar jauh di bawah upah minimum regional (UMR) yang berlaku di Australia oleh majikan mereka.
       
Kenyataan ini bertolak belakang dengan keberhasilan Australia menjadikan sektor pendidikannya melampau sektor pariwisata dalam meraup devisa. Pada 2007, sektor pendidikan menghasilkan pendapatan sebesar 12,5 miliar dolar Australia atau naik 21 persen dari pendapatan tahun sebelumnya.

The Australian lebih lanjut menyebutkan, jumlah mahasiswa asing di negara berpenduduk 21 juta jiwa itu pun naik sekitar 18 persen atau mencapai lebih dari 450.000 orang. Tim peneliti Universitas Monash dan Universitas Melbourne mengkritik pengelola universitas di Australia karena mereka cenderung hanya memperlakukan para mahasiswa asing sebagai sumber pendapatan.
      
Argumentasi itu didasarkan pada kenyataan bahwa Komite Rektor Australia yang kini dikenal sebagai Universities Australia tidak memasukkan para mahasiswa asing ini ke dalam studi mereka tentang kesejahteraan mahasiswa mereka belum lama ini.
      
Hasil penelitian tersebut juga mendapati banyak di antara para mahasiswa asing itu merasa kesepian dan terisolasi selama masa kuliah karena keterbatasan kemampuan bahasa Inggris mereka. Akibatnya, mereka tidak hanya sulit berteman dengan para mahasiswa setempat tetapi juga membuat mereka cenderung menumpuk dalam beberapa jenis pekerjaan saja.
 
The Australian menyebutkan, sekitar 70 persen mahasiswa asing itu bekerja di sela-sela waktu kuliah mereka. Bahkan ada yang bekerja melebihi batas 20 jam kerja yang diizinkan pemerintah Australia namun mereka dibayar jauh di bawah UMR yang berlaku, yakni antara tujuh dolar dan 15 dolar per jam.
      
Padahal, sesuai dengan aturan UMR di Australia, seorang pelayan restoran misalnya berhak atas bayaran per jam sebesar 16,08 dolar, sedangkan penjaga toko dibayar 17,97 dolar Australia per jam.
       
Di antara 450.000 mahasiswa asing yang kini belajar di Australia, lebih dari 16.000 di antaranya asal Indonesia. Sebanyak 15.000 orang membiayai sendiri kuliah dan ongkos hidup mereka selama masa studi, sedangkan sisanya berharap dari beasiswa.(Antara)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com